Syarat Tumbuh
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C – 300 C.
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl
Teknis Budidaya
1. Pembenihan
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi. Serta mempunyai daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam larutan POC (Pupuk Organik Cair). Beberapa jenis benih jagung terutama benih Hibrida biasanya sudah mengalami perlakuan (dicampur dengan insektida, fungisida dan ZPT) agar lebih tahan terhadap Hama dan Penyakit.
2. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam.Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari dengan Pupuk Organik/pupuk kandang matang dan dicampur dengan bakterisida untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
3. Pemupukan
Pemupukan lanjutan dilakukan sebanyak 2- 3 kali dalam satu masa tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan jenis benih yang digunakan. Jagung hibrida biasanya membutuhkan pemupukan yang lebih banyak dibanding jagung biasa.
Selain Pupuk Organik yang dibutuhkan oleh tanaman jagung, diperlukan juga jenis Pupuk Kimia/Pupuk Anorganik yang sangat dibutuhkan tanaman jagung dan harus memenuhi unsur N, P dan K. Unsur N bisa didapatkan dari Urea, unsur P dari SP-36/ TSP dan unsur K dari KCl. Untuk pupuk majemuk bisa di gunakan pupuk bersubsidi NPK Phonska. Takaran pupuk untuk budidaya jagung berdasarkan anjuran Balitbangtan per hektarnya adalah 350 kg Urea + 200 kg SP-36 + 100 kg KCl.
Bila kesulitan mendapatkan KCL, unusr K bisa didapatkan dari pupuk NPK. Dengan takaran sebagai berikut , 400 kg NPK 15:15:15 + 270 kg urea + 80 kg SP-36 untuk setiap hektarnya. Untuk frekuensi pemukan dua kali, berikan pada 10 dan 35 hari setelah tanam (HST). Untuk frekuensi pemupukan 3 kali berikan pada umur 7-10 hst, 28-30 hst dan 40-45 hst.
Dalam hal pemupukan selain pupuk organik dan pupuk anorganik, bisa digunakan pupuk hayati dan pupuk cair dengan kandungan pupuk majemuk lengkap (mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap), agar nutrisi yang dibutuhkan tanaman terpenuhi dan tanaman lebih sehat dan hasilnya insyaallah lebih tinggi. Penggunaan pupuk hayati juga untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia/pupuk anorganik yang jika berlebih mempunyai dampak lingkungan yang kurang bagus, terutama bagi tanaman dan tanah sebagai media tanam bagi tanaman
4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menaruh benih kedalam tanah yang sudah dilubangi dengan cara ditugal. Lubang tanam yang ditugal, kedalamannya 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1-2 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jarak tanam jagung secara umum 40×100 cm untuk 2 tanaman /lubang dan 25×75 cm untung 1 tanaman/lubang.
5. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 Hari Sesudah Tanam (HST). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
6. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Selain dilakukan secara mekanis penyiangan bisa dilakukan dengan menggunakan herbisida tanpa harus mengganggu tanaman jagung.
7. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
8. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
Semoga Bermanfaat
9. Panen dan Pascapanen
Tanaman jagung bisa dipanen sekitar 100 HST, tergantung dari jenis benih yang digunakan. Secara fisik jagung yang siap panen terlihat dari daun klobotnya yang mengering, berwarna kekuningan. Panen yang dilakukan sebelum atau setelah masa fisiologinya akan berakibat pada komposisi kimia jagung yang menentukan kualitasnya.
No comments:
Post a Comment