Tuesday, 28 February 2017

Ragam Hama Tanaman_Hama Penggerek (bagian 1 dari 7)


1. Hama Penggerek Batang Padi

Hama Penggerek batang padi merupakan hama penting tanaman padi karena jika menyerang fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan dan jika menyerang fase generatif hama ini secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen. Kenapa disebut penggerek? Karena sifat dari hama ini yaitu merusak bagian tanaman padi dengan cara melubangi dengan menggunakan bagian tubuhnya.

Terdapat empat spesies hama penggerek batang padi yaitu:
1. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas)
2. Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
3. Penggerek batang padi bergaris (Chilo supressalis)
4. Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens)

Imago aktif pada malam hari dan terbang kesawah untuk meletakkan telur. Pada siang hari mereka hanya berdiam diri dan bersembunyi dibalik daun padi atau gulma disekitar tanaman. Penggerek batang padi mampu terbang sejauh 2 km. Imago sangat tertarik pada cahaya dan mudah tertangkap oleh lampu perangkap saat malam gelap. Betinanya mampu bertelur hingga 200-300 butir dalam masa hidupnya selama 4 hari.

Telur diletakkan berkelompok, terdiri dari 5-200 butir per kelompok pada daun atau seludang daun. Bentuk telur, kelompok telur, dan tempat meletakkan telur bervariasi sesuai dengan spesiesnya.
Larva yang baru ditetaskan sering menggantungkan tubuhnya pada daun padi dengan benang sutera dan bila tertiup angin akan berpindah ke tanaman lainnya. Mereka kadang-kadang juga membuat tabung dari potongan daun, lalu menjatuhkan diri ke air dan berenang ke tanaman lain. Larva muda memakan daun atau seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya masuk keseludang daun dan makan diantara seludang daun dan tangkai malai beberapa hari sebelum masuk kedalam batang. Larva yang lebih tua masuk kedalam batang dan makan pada bagian dalam batang di dekat pangkalnya. Larva instar terakhir didalam batang dapat bergerak turun kebawah permukaan tanah untuk berdiapose kalau keadaan tidak menguntungkan.

Pupa terbentuk didalam batang beberapa centimeter dibawah permukaan tanah. Imago keluar dari pupa dan merangkak keluar dari lobang keluar yang telah dibuat sebelumnya oleh larva sebelum menjadi pupa.

Kalau serangan terjadi pada vase vegetatif maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut sebagai SUNDEP. Kalau serangan terjadi pada fase generatif, maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala serangan pada tahap ini disebut BELUK.

Di Indonesia Penggerek Batang Padi merupakan salah satu hama utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil. Sampai saat ini di Indonesia telah dikenal enam jenis penggerek batang padi, yaitu:
1. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker (Pyralidae)),
2. Penggerek batang padi putih (S. innotata Walker (Pyralidae)),
3. Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens Walker (Noctuidae),
4. Penggerek batang padi bergaris (Chilo suppressalis Walker (Pyralidae)),
5. Penggerek padi berkepala hitam (C. polychrysus Meyrick (Pyralidae)), dan
6. Penggerek padi berkilat (C. auricilius Dudgeon (Pyralidae)).

Penggerek S. incertulas merupakan jenis yang paling luas penyebarannya dan paling dominan di Jawa, Bali, Lampung dan Kalimantan Selatan, kemudian diikuti oleh jenis S. inferens, C. suppressalis dan S. innotata.

Penggerek batang padi mempunyai daerah sebar yang luas. Penyebaran penggerek ini terutama di daerah tropika dengan aktivitas ngengat penggerek mencapai puncaknya pada suhu 21,6 - 30,6 OC, dengan kelembaban nisbi 82,7 % dan peletakkan telur mencapai maksimum pada hari-hari hujan dengan suhu tinggi.

Angin membantu penyebaran ngengat dan larva. Larva yang baru keluar dari telur menggantungkan diri dengan benang sutera halus pada daun padi sebagai alat pindah ke pertanaman lainnya. Pada daerah dimana terdapat pola pertanaman padi lebih dari satu kali setahun, hama ini menjadi penting artinya karena periode tersedianya makanan yang cukup panjang.


Writed by Baranur

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com

Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi


Seperti kita ketahui tanaman padi saat musim kemarau sangat rentan terhadap serangan hama penggerek batang. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya populasi hama penggerek batang ini. Perkembangan hama penggerek batang ini akan semakin pesat ketika didukung oleh cuaca yang panas dan kondisi air yang tergenang.
Kalau kita perhatikan sebenarnya serangan hama penggerek batang ini sudah mulai saat tanaman padi berada di pesemaian. Tetapi saat di pesemaian belum menunjukkan gejala yang jelas sehingga petani kurang waspada terhadap hama tersebut.

Telur, larva dan pupa yang berada dipesemaian akan terbawa ke pertanaman padi dan akan menunjukkan gejala ambles/tanaman mati/tanaman hilang saat tanaman umur 15-30 hari. Hal ini dicirikan dengan tanaman padi yang busuk dan mati, anakan semakin sedikit, bahkan tanaman padi bisa hilang ketika umur muda. Saat tanaman padi umur 30- 45 gejala ditunjukkan dengan menguningnya daun muda tanaman padi (kadang layu/menggulung) dan mudah dicabut (sundep). Gejala ini akan berlanjut ketika tanaman memasuki vase generatif dengan gejala adanya malai tanaman padi yang tegak dan mudah dicabut karena bulirnya tidak berisi (beluk).

Ada beberapa cara Pengendalian Hama Penggerek Batang Secara Terpadu yang dilakukan Pada Daerah Serangan Endemik
1) Pengaturan Pola Tanam
* Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi
* Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama
* Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertamaĆ¼ dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya.

2) Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
* Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di persemaian dan di pertanaman
* Fisik yaitu dengan penyabutan tanaman serendah mungkin dan penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati

3) Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid : Trichogramma japonicum: dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman)

4) Pengendalian Secara Kimiawi
* Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau intensitas serangan rata-rata > 5% sundep.
* Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam dengan dosis 2 gram insektisida granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas persemaian)]
* Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan insektisida butiran berbahan aktif : Carbofurant (Sidafur 3GR) dosis 20 kg insektisida granule/ha
* Disemprot dengan insektisida berbahan aktif seperti Dimehipo (Sidatan), Amitraz (Mitac), Fipronil (Fipros).

Adapun cara pengendalian terhadap hama penggerek batang ini bisa dilakukan pada saat persemaian. Karena serangan hama penggerek batang ini dimulai sejak di persemaian maka kita pun dalam mengendalikan hama ini harus dimulai dari pesemaian. Memang cara ini instan dan sedikit bertentangan dengan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu, tapi apa boleh buat. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah:
1. Gunakan benih padi yang tahan terhadap serangan hama ini (misal: cipunegara, cisokan, situbagendit dan IR 64)
2. Penerapan kultur tehnis (tanam serentak) jerami dipotong pendek atau dibakar, pemberian N yang tidak berlebihan, pergiliran tanaman, membenamkan tunggak.
3. Aplikasi insektisida seedtreatmen pada benih sebelum tanam (merendam benih dengan regent, cruiser dll)
4. Saat persemaian umur 5 hari aplikasikan insektisida granule (regent G atau furadan)
5. Ketika pesemaian berumur 18 hari dan siap tanam semprot dengan insektisida (spontan, regent, virtako, dll)
6. Saat aplikasi pemupukan dasar/pertama campur dengan insektisida granule sesuai dengan dosis rekomendasi. Disarankan pakai regent atau wingran saja karena lebih ramah lingkungan.
7. Ketika tanaman padi berumur 20 dan 40 hst semprot dengan insektisida pengendali hama penggerek batang (spontan, virtako, regent, panser, trisula dll)
Dengan menggabungkan cara pengendalian tersebut diharapkan akan mempersempit ruang hidup bagi hama penggerek batang pada tanaman padi kita. Yang perlu diperhatikan adalah dalam menggunakan insektisida hendaknya yang selektif, gunakan insektisida yang benar-benar direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek batang pada tanaman padi. Selain itu dalam menggunakannya juga harus sesuai dengan dosis dan konsentrasi anjuran.


Writed by Baranur

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com

Sunday, 26 February 2017

Pengendalian Hama Sundep dan Beluk


Hama endemis ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman dengan ketinggian 200 meter diatas pemukaan laut dengan curah hujan (kurang dari 200 mm).

Tanda-tanda hama ini dimulai dengan melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu keell berwarna putih pada sore dan malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini melakukan terbang sekitar dua minggu, menuju daerah-daerah persemaian tanamaan padi. Selanjutnya telur-telur (170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang masih muda dan akan menetes menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu. Ulat S.Innotata selain mampu mewujudkan serangan hama sundep, mampu pula mewujudkan serangan hama beluk. Penyerangan ini dikenal dengan nama "Hama Sundep" dan "Hama Beluk",

Perbedaan Hama Sundep dan Hama Beluk.
Hama Sundep
Hama Beluk
Menyerang daun padi muda.  menguning dan mati. Walaupun batang padi bagian bawah masih hidup atau membentuk anak tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru tidak terjadi. Menyerang titik tumbuh tanaman padi yang sedang bunting sehingga buliran padi keluar, berguguran, gabah-gabah kosong dan berwarna keabu-ahuan.
Sumber: Kartasapoetra (1993)

Selain itu gejala serangan Sundep terjadi pada fase vegetatif dimana daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala serangan Beluk terjadi pada fase generatif, hal ini bisa dilihat malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva.

Sejak tahun 1912, penggerek batang padi putih dinyatakan sebagai jenis hama padi yang paling merusak di Pulau Jawa. Selama periode 40 tahun (1900 - 1940) tercatat terjadi eksplosi penggerek padi putih sebanyak 9 kali, kemudian eksplosi yang cukup luas terjadi lagi pada tahun 1990 di Jawa Barat, yakni di kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang.

Angin membantu penyebaran ngengat dan larva. Larva yang baru keluar dari telur menggantungkan diri dengan benang sutera halus pada daun padi sebagai alat pindah ke pertanaman lainnya. Pada daerah dimana terdapat pola pertanaman padi lebih dari satu kali setahun, hama ini menjadi penting artinya karena periode tersedianya makanan yang cukup panjang.

Untuk membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
  1. Petani menyebarkan bibit-bibit tanaman padi di persemaian setelah tahu jadwal invasi serangan ulat-ulat ini diperkirakan telah selesai.
  2. Penanaman padi yang memiliki daya regenerasi yang tinggi.
  3. Menghancurkan telur-telur S. innotata yang teradapat dilingkungan persemaian dan membunuh larva-larva yang baru menetas.
  4. Melakukan tindakan preventif dengan penyemprotan persemaian menggunakan insektisida yang resistensi.
  5. Bibit-bibit tanaman padi yang akan disemai dicelupkan dalam herhisida.
  6. Setelah invasi S. innotata dilakukan penyemprotan insektisida yang mematikan telur dan larva.
  7. Crop rotation (pergiliran tanaman), setelah penanaman padi batang atau jeraminya harus dibenamkan kedalam tanah/lumpur.
  8. Menarik perhatian S. innotata menggunakan perangkap jebak berwarna atau lampu petromaks. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
* Ketika terlihat banyak kupu-kupu yang bertebaran disawah, siapkan petromaks.
* Siapkan pula nampan seng sebagai tempat petromaks.
* Cari oli bekas, yang baru beli juga boleh. Nggak tergantung merk.
* Nyalakan lampu petromax. Harus malam hari. Tidak bisa siang hari.
* Letakkan lampu diatas nampan yang telah diberi oli bekas.
* Kupu-kupu sundep yang cuma muncul dimalam hari akan tertarik pada cahaya lampu, dan akan menempel pada lapisan oli di nampan seng.


Writed by Baranur

Saturday, 25 February 2017

Pengendalian HPT Tanaman Pangan (Bagian 3 dari 5)


Pengendalian HPT Padi Sawah

Hama pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan. suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi terhadap produksi padi. Sebagai praktisi di hidang hama dan penyakit tanaman. kita dapat memainkan peran dengan memberikan gambaran dan penyuluhan tentang hama-hama pada tanaman padi.

Hama-hama tanaman padi menurut Kartasapoetra (1993) terdiri dari :

1. Hama Sundep/ Beluk (Scirpophaga innotata)
Hama endemis ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman dengan ketinggian 200 meter diatas pemukaan laut dengan curah hujan (kurang dari 200 mm).

2. Ulat Penggerek (Scahunobius bipunctifer)
Gangguan dan kerusakan pada tanaman padi di daerah pegunungan, daya pengrusakannya tertuju pada bagian-bagian pucuk tanamaan sehingga mematikan tanaman padi.

3. Hama Putih (Nymphula depunctalis)
Menyerang dan bergelantungan pada daun padi sehingga berwarna keputih-putihan, bersifat semi aquatil (menggantungkan hidup pada air untuk bernafas).

4. Wereng Coklat (Nilapervata Lugens)
Hama ini selalu menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir-bulir buah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan tidak terarah, berwarna coklat, berukuran 3-5 mm, habitat ditempat lembab, gelap dan teduh.

Gejala serangan: menyerang mulai persemaian sampai panen, mengakibatkan layu pada daun dan mengering, menggunakan gulma sebagai tempat berlindung, dan sebagai vektor virus.


5. Wereng Hijau (Nephotettix apicalis)
Merusak kelopak-kelopak dan urat-urat daun padi dengan alat penghisap pada moncong yang kuat.

6. Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Binatang ini berbau, hidup bersembunyi direrumputan, tuton, paspalum, alang-alang sehingga berinvasi pada tanaman padi muda ketika bunting, berhunga atau berbuah.

7. Lembing Hijau (Nezara viridula)
Berkembang pada iklim tropis, hidupnya berkoloni, betina berukuran kecil (16 mm) dengan 1100 telur selama hidupnya, lama penetasan 6-8 minggu, jantan berumur 6 bulan. Serangannya tidak sampai menghampakan padi, tetapi menghasilkan padi berkualitas jelek (goresan-goresan membujur pada kulit gabah dan pecah apabila dilakukan penggilingan/penumbukkan). Pembasmian hama dilakukan menggunakan insektisida sesuai aturan (Tjoe Tjien Mo,1953).

8. Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Berkembang di daerah persawahan di Negara RRC, India dan Asia Tenggara. Menyerang tanaman padi yang penanamannya terlambat. Menempatkan telur-telumya pada kelopak daun padi, larva-larva bergerak menuju dan memasuki batang-batang padi, daun-daun membantuk kelongsong sehingga padi mati. Pembasmiannya dilakukan mengurangi pengairan di sawah (padi jangan sampai terendam), menggunakan lampu petromaks, pembinasaan dan penyemprotan insektisida dengan dosis tepat secara teratur (Tjoe Tjien Mo,1953).

Selain hama yang telah disebutkan, Tikus dan Burung merupakan hama yang bisa menyebabkan kerugian dan menurunnya produksi hasil budidaya Tanaman Padi.

Writed by Baranur

Sumber:
Tjoe Tj len Mo. 1953. Memberantas Hama Padi. Jakarta.


Wednesday, 22 February 2017

Kebutuhan Benih Padi dan Ciri Benih Padi Bermutu


Dalam proses budidaya tanaman Padi, benih merupakan salah satu hal pokok yang harus dipersiapkan. Benih padi yang biasa digunakan oleh para pembudidaya ada 3 macam, yaitu Hibrida, Unggul, dan Lokal.

Kebutuhan Benih Padi Unggul dan Lokal
Untuk memudahkan perhitungan, pemerintah telah membuat anjuran atau rekomendasi dalam pelaksanaan budidaya dengan menggunakan jenis benih Unggul dan Lokal, bahwa untuk 1 ha lahan diperlukan sekitar 25 kg benih. Mengapa angka 25 kg jadi patokan? akan di uraikan atau di jelaskan dibawah ini

Dalam 1 ha itu artinya luasan 10.000 m2. Atau untuk mudahnya 1 ha itu 100 m x 100 m
100 m = 10,000 cm

Bila jarak tanam 25 x 25 cm, jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
=> 10.000 cm/25cm x 10.000 cm/25cm =
=>        400               x        400               =
=>  160.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 160.000 = 480.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.

Maka : 27/ 1000 x 480.000 = 12.960 g atau 12,96 kg atau kita bulatkan jadi 13 kg
Kok sedikit? bukannya rekomendasinya 25 kg?, itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.

Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhnya 90 % saja maka ada 10 % yang tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti Serangga, tikus, burung, keong dll serta penyakit tanaman yang harus kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka. Jadi total yang hilang 2,5 + 3,5 kg = 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 25 x 25 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (13 + 6) kg = 6 kg

Bila jarak tanam 20 x 25 cm,
Jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
=> 10.000 cm/20cm x 10.000 cm/25cm =
=>        500               x        400               =
=> 200.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 200.000 =600.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.

Maka: 27/ 1000 x 600.000 = 16.200 g atau 16,2 kg

Jumlah benih lebih banyak. itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.
Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhya 90 % saja maka ada 10 % yanga tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti tikus, burung, keong dll kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka. Total yang hilang 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 20 x 25 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (16,2 + 6) kg = 2,8 kg ( jarak tanam ini yang mendekati rekomendasi dari kementan )

Kebutuhan Benih Padi Hibrida
Metode pembenihan Benih Padi Hibrida sedikit berbeda dengan pembenihan menggunakan Benih Padi Unggul dan Lokal. Bahkan dalam budidaya Padi dengan menggunakan Padi Hibrida ada beberapa jenis Padi Hibrida hanya menggunakan  2-5 Kg Benih padi per Ha. (bersambung)

Ciri Benih Padi Bermutu
Padi disebut benih bila masih dalam bentuk gabah, sedangkan bibit adalah gabah yang telah tumbuh, bisa di areal persemaian atau di tempat lainnya seperti di tanam di besek, di ember dll.

Jadi untuk Benih bermutu di sini, kita melihat dari segi gabahnya. Jadi Ciri-ciri benih bermutu adalah:
1. Benih tersebut diketahui varietasnya dan bersertifikat atau berlabel.
2. Tingkat kemurniannya mencapai 98%.
3. Daya tumbuhnya di atas 80%.
4. Bernas dan seragam.
5. Potensi hasilnya tinggi.
6. Sehat artinya bebas dari infeksi jamur dan bersih dari hama . dll

Sehingga apabila benih bermutu tersebut ditanam akan menghasilkan bibit bermutu dengan ciri-ciri sebagai berikut:
• Pertumbuhan bebit seragam.
• Menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
• Ketika bibit dipindah, tumbuh lebih cepat, kokoh dan menghijau
• Tahan hama dan penyaakit
• Produktivitas tinggi, sehingga meningkatkan pendapatan petani.
• dll

Tuesday, 21 February 2017

Pertanian Organik sebagai Metode Bertani Masa Depan (bagian 3 dari 3)


Penutup
Teknik Budidaya Organik merupakan bagian dari kegiatan agribisnis harus berorientasi pada permintaan pasar. Paradigma agribisnis : bukan Bagaimana memasarkan produk yang dihasilkan, tapi Bagaimana menghasilkan produk yang dapat dipasarkan. Terkait dengan itu, teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul. Usaha budidaya organik tidak bisa dikelola asal-asalan, tetapi harus secara profesional. Ini berarti pengelola usaha ini harus mengenal betul apa yang dikerjakannya, mampu membaca situasi dan kondisi serta inovatif dan kreatif. Berkaitan dengan pasar (market), tentunya usaha agribisnis harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan berlanjut, agar produk yang telah dikenal pasar dapat menguasai dan mengatur pedagang perantara bahkan konsumen dan bukan sebaliknya.

Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterakan petani dan konsumen. Berbagai sayuran khususnya untuk dataran tinggi, yang sudah biasa dibudidayakan dengan sistem pertanian organik, diantaranya : Kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.), Brokoli (Brassica oleraceae var. italica Plenk.), Bunga kol (Brassica oleraceae var. brotritys.), Andewi (Chicorium endive), Lettuce (Lactuca sativa), Kentang (Solanum tuberosum L.), Wortel. (Daucus carota). Sayuran ini, mengandung vitamin dan serat yang cukup tinggi, juga mengandung antioksidan yang dipercaya dapat menghambat sel kanker. Semua jenis tanaman ini ditanam secara terus menerus setiap minggu, namun ada juga beberapa jenis tanaman seperti kacang merah (Vigna sp.), kacang babi (Ficia faba), Sawi (Brassica sp) yang ditanam pada saat tertentu saja sekaligus dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pengalih hama.

Ada juga tanaman lain yang ditanam untuk tanaman reppelent (penolak) karena aromanya misalnya Adas. Dalam upaya penyediaan media tanam yang subur, penggunaan pupuk kimia juga dikurangi secara perlahan. Untuk memperkaya hara tanah, setiap penanaman brokoli selalu diberi pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha.

Pada saat ini satu dari empat orang Amerika mengkonsumsi produk organik. Di USA, laju pertumbuhan produk organik sangat luar biasa, yakni lebih dari 20 % setiap tahunnya dalam sepuluh tahun terakhir ini, dan hal tersebut membuat pertanian organik tumbuh sangat cepat dalam mengisi sektor ekonomi (Wood, Chaves dan Comis, 2002).

Dalam era globalisasi, pasar sayuran organik sangat terbuka dan saat ini Australia telah mengambil peluang ini dengan mengekspor sayuran organik ke pasar Amerika, beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman dan Perancis, Jepang, juga ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singpura (McCoy, 2001). Keadaan ini juga dicermti negara Asia seperti Thailand yang sejak tahun 1995 telah mengeluarkan standarisasi dan sertifikasi tentang produk organik (ACT, 2001).

Peluang Indonesia menjadi produsen pangan organik dunia, cukup besar. Disamping memiliki 20% lahan pertanian tropic, plasma nutfah yang sangat beragam, ketersediaan bahan organik juga cukup banyak. Namun menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement) Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0.09%) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih diperlukan berbagai program yang saling sinergis untuk menghantarkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik terkemukaIndonesia yang beriklim tropis, merupakan modal SDA yang luar biasa dimana aneka sayuran, buah dan tanaman pangan hingga aneka bunga dapat dibudidayakan sepanjang tahun.

Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi. Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pestisida sintetik sebagai satu-satunya cara pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya hama dan penyakit tumbuhan.
Seperti diketahui, terdapat sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari berbagai tanaman budidaya. Alasan petani memilih pestisida sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, dan banyak tersedia di pasar.

Cara-cara lain dalam pengendalian OPT selain pestisida sintetik, pestisida biologi dan botani antara lain yaitu cara pengendalian menggunakan musuh alami, penggunaan varietas resisten, cara fisik dan mekanis, dan cara kultur teknis.

Masih banyak bentuk kearifan lokal yang bisa digali kembali di Indonesia dalam rangka bertani selaras alam atau ramah lingkungan. Secara empiris bahkan tanpa pupuk anorganik pun produksi bisa tetap tinggi. Jika tingkat standar produksi nasional dengan pupuk anorganik sekitar 4,5 – 5 ton/ ha, dengan sistim pertanian organik walau lahan tsb dikelilingi lahan ber-anorganik bisa dicapai tingkat produksi 9-10 ton/ha. Kekurang unsur N dan P dapat diatasi dengan cara memberikan 2 tahap pemupukan (sebelum dan setelah tanam).  Bahkan dalam uji coba skala ubinan 2,5 x 2,5 meter dgn sistim “Tanam padi sabatang” di Sumbar dgn pola PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dan OST (Organic Soil Treatment) yg benar bisa dicapai tingkat produksi 15 ton/ha  Satu rumpun padi dengan pola konvensionalo 25-30 batang/rumpun, dengan sistim organik bisa berjumlah 150-170 batang padi produktif. Kita harus punya motto: “Jika kita bisa memulihkan kembali tanah yang subur seperti dahulu, kenapa tidak dilakukan dari sekarang. Sehingga, bumi pun akan bernafas lebih lega.”

Writed & Edited by Baranur

Pertanian Organik sebagai Metode Bertani Masa Depan (bagian 2 dari 3)


Pembahasan
Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.

Sistem Pertanian Organik adalah sistem produksi holistic dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan (Deptan 2002).

Sistem Pertanian Organik sejak tahun 1990, mulai berhembus keras di dunia. Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang memproduksi produk organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Di Indonesia telah beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras organik, kopi organik, teh organik dan beberapa produk lainnya.

Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah menerapkan sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan sistem pertanian kimiawi yang berkembang pesat sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.

Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterap kan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat (Koshino, 1993).
Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih baik daripada yang menggunakan pertanian anorganik (Park 1993 dalam Prihandarini, 1997).

Selama ini limbah organik yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud.


Upaya peningkatan efisiensi telah mendapat dukungan kuat dari kelompok peneliti bioteknologi berkat keberhasilannya menemukan pupuk organik yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia. Pengembangan industri pupuk organik mempunyai prospek yang cerah dan menawarkan beberapa keuntungan, baik bagi produsen, konsumen, maupun bagi perekonomian nasional.

Beberapa penelitian yang menyangkut efisiensi penggunaan pupuk, khususnya yang dilakukan oleh kelompok peneliti bioteknologi pada beberapa tahun terakhir, sangat mendukung upaya penghematan penggunaan pupuk kimia. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan peningkatan daya dukung tanah dan/atau peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan mikroorganisme.

Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan. Industri pupuk organik saat ini mulai tumbuh dan berkembang, beberapa perusahaan yang bergerak dibidang pupuk organik cukup banyak bermunculan.

Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi. Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (kedelai, padi, jagung, dan kentang) maupun tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan tebu) yang diketahui selama ini sebagai pengguna utama pupuk konvensional (pupuk kimia). Lebih lanjut, kemampuannya untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan kemampuannya menurunkan dosis penggunaan pupuk kimia.

Beberapa hasil penelitian di daerah Pati-Jawa Tengah, Pesawaran-Lampung, Magetan, Banyumas, dan beberapa daerah lain menunjukkan penggunaan pupuk organik terbukti dapat menekan kebutuhan pupuk urea hingga 100 persen, TSP/SP36 hingga 50 persen, kapur pertanian hingga 50 persen. Biaya yang dihemat mencapai Rp. 500.000/ha, sedangkan produksi kedelai meningkat antara 2,45 hingga 57,48 persen.

Keuntungan yang diperoleh petani kedelai naik rata-rata Rp. 292.000/ha, terdiri dari penghematan biaya pemupukan sebesar Rp. 50.000/ha, dan kenaikan produksi senilai Rp. 242.000/ha (Saraswati et al., 1998). Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan separuh takaran dosis standar pupuk kimia (anorganik) dapat menghemat biaya pemupukan.

Pengujian terhadap tanaman pangan (kentang, jagung, dan padi) menunjukkan hasil yang menggembirakan, karena selain dapat menghemat biaya pupuk, juga dapat meningkatkan produksi khususnya untuk dosis 75 persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik (Goenadi et. al., 1998). Pada kombinasi 75 persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik tersebut biaya pemupukan dapat dihemat sebesar 20,73 persen untuk tanaman kentang ; 23,01 persen untuk jagung ; dan 17,56 persen untuk padi. Produksi meningkat masing-masing 6,94 persen untuk kentang, 10,98 persen untuk jagung, dan 25,10 persen untuk padi. Penggunaan pupuk organik hingga 25 persen akan mengurangi biaya produksi sebesar 17 hingga 25 persen dari total biaya produksi. Dengan adanya diversifikasi produk dari pupuk organik ini maka prospek pengembangan industri pupuk organik ke depan akan semakin menguntungkan sehingga lahan pekerjaan baru akan semakin luas.

Survey BPS (2000) menunjukkan produksi sayuran di Indonesia, diantaranya bawang merah, kubis, sawi, wortel dan kentang berturut-turut 772.818, 1.336.410, 484.615, 326.693 dan 977.349 ton pada total area seluas 291.192 Ha. Selanjutnya survey yang dilakukan oleh Direktorat Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman menunjukkan bahwa kebutuhan berbagai sayuran di 8 pasar swalayan di Jakarta sekitar 766 ton per bulan, dimana sekitar 5 % adalah sayuran impor (Rizky, 2002).

Pasar swalayan di Indonesia pada saat ini umumnya lebih suka menjual sayuran dan produk pertanian lain yang diolah secara organik. Teknik dan teknologi pertanian sekarang ini cenderung mendukung pertanian organik. Teknik budidaya yang sekarang ini sudah banyak di praktekan adalah dengan cara Hidroponik dan Aquaponik. Walaupun sebagian besar cenderung masih menggunakan produk kimia dalam proses budidayanya, tetapi dalam jumlah yang sedikit.


Budidaya Tanaman Tembakau


Tanaman tembakau tumbuh ideal ditempat dengan curah hujan rata rata 2000 mm/th, suhu udara 21-32 0C, pH tanah 5-6 , tanah gembur, mudah mengikat air dan remah, ketinggian antara 200-3000 mdpl serta drainase yang baik.

Pembibitan
Benih 8-10 gr tiap hektar. Biji utuh dan tidak terserang penyakit. Media semai :50% tanah dan 50% pupuk kandang, dan pupuk ZA 35 gram setiap meter persegi dan isikan pada polybag. Bedengan tempat pembenihan diberi atap plastik transparan atau daun daunan, tinggi atap timur 1 meter dan barat 60 cm.

Benih direndam dengan Pupuk Organik Cair 5 cc utk 1 gelas air hangat selama 1-2 jam. Benih lalu ditempatka pada nampan/ tampah dengan diberi alas kain basah supaya lembab jika sudah mulai ada bintik putih pada benih, benih siap disemaikan. Siram media tanah dengan air agar lembab lalu benih ditanam sedalam 0,5 cm dan taburkan tanah tipis tipis. Semprot bibit seminggu sekali selama pembibitan dengan Pupuk Organik Cair 20-30 ml per tangki (14Ltr). Bibit sudah bisa dipindahkan ke lahan penanaman yang sudah disiapkan pada umur 35-50 hari.

Pengolahan Tanah
Tanah ditaburi pupuk kandang yang sudah dicampur dengan Pupuk hayati kemudian dibajak dan diamkan selama 1 minggu. Lakukan pengapuran dolomit jika tanah masam

Penanaman
Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam rapat, tembakau rajangan biasa ditanam dalam satu baris dengan jarak 90x90 cm setiap gulud dan jarak tanam antar gulud biasanya 90cm. Basahi lahan penanaman dan buka polybag kemudian keluarkan bibit dan tanam sedalam akar tanaman, penanaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari.

Penyulaman dan Penyiangan
Penyulaman dilakukan setelah umur 1-3minggu bibit yang kurang bagus dan mati segera diganti dengan bibit yang berumur sama. Penyiangan dilakukan bersama dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali

Penyemprotan Pupuk Organik Cair dan pupuk cair+ZPT setiap 1 - 2 minggu sekali dengan dosis 50-75 ml Pupuk Oragnik Cair dan 10-15 ml Pupuk Cair+ ZPT untuk setiap tangki ukuran 14 liter.

Pengairan dan Pemangkasan
Penyiraman dilakukan setiap 3 hari sekali. Pengairan dilakukan umur 7 HST : 1-2 liter per tanaman, Umur 7-25 HST ; 3-4 liter per tanaman, Umur 25-30 HST : 4 liter pertanaman , Umur 45 HST : 5 liter per tanaman, Umur 65 hari penyiraman dihentikan kecuali cuaca sangat kering bisa disiram air.

Pangkas tunas ketiak daun setiap 3 hari sekali dan pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar 3-4 helai daun dibawah bunga

Panen dan Pasca Panen
Pemetikan daun dilakukan jika daun sudah berwarna hijau kekuning kuningan, pemetikan dimulai dari daun paling bawah, pemetikan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat cuaca cerah, pemetikan bisa dilakukan selang 3 -5 hari, biasanya sekali petik antara 2-4 helai daun dan satu pohon bisa 5 kali petik. sortirlah daun berdasarkan tipe yang dihasilkan.


Monday, 20 February 2017

Pengendalian HPT Tanaman Perkebunan (Bagian 1 dari 5)


1. Pengendalian HPT Tembakau
Pengendalian hama dan penyakit merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya tembakau.

Pengendalian Hama 
Ulat Grayak :
Gejala : terdapat lubang-lubang tidak beraturan pada tanaman dan terdapatbekas gigitan berwarna putih,
pengendalian : pangkas dan bakar sarang ulat dan lakukan penyemprotan dengan Insektisida.
Ulat Tanah :
Gejala : Daun yang diserang berlubang lubang sehingga tungkai daun rebah,
Pengendalian : pangkas daun yang diserang dan semprot dengan Insektisida
Ulat Penggerek pucuk :
Gejala : Daun yang diserang adalah daun muda yang ditandai berlubang dan sampai habis,
Pengendalian : kumpulkan ulat dan telurnya. semprot dengan menggunakan Insektisida.
Nematoda :
Gejala : Akar tanaman ditandai dengan bisul bisul bulat, tanaman kerdil, layu dan daun berguguran dan akhirnya mati,
Pengendaliannnya : menggunakan Insektisida berbektuk Butir atau Granul.
Kutu kutuan :
Gejala : Merupakan pembawa penyakit yang disebabkan virus,
Pengendalian : Dengan menggunakan predator , dan Insektisida bersifat sistemik transmiliar.

Hama lainnya seperti Gangsir, Orong orong, Semut geni, Jangkrik dan Belalang Banci.

Pengendalian Penyakit
Hangus batang : Penyebab Rhizoctonia solani,
Gejala : batang kering yang terserang akan mengering dan berwarna coklat hingga kehitaman
Pencegahan : Penggunaan Fungisida dari awal penanaman
Lanas :
Gejala : timbul bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, yang terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati,
Pencegahan : dengan penggunaan Fungisida dari awal penanaman
Pati daun :
Gejala : permukaan daun ada bercak bulat putih hingga coklat bagian daun yang terserang rapuh dan mudah robek,
Pengendalian : Desifenksi bibit, renggangkang jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman tersebut dan semprot dengan fungisida kontak sistemik.
Bercak Coklat :
Gejalanya : Timbul bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman persemaian, jamur juga menyerang batang dan biji,
Pengendalian : cabut dan bakar tanaman yang terserang
Busuk Daun :
Gejala : mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya biasanya dikelilingi dengan cendawan jamur,
Pengendalian : cabut dan bakar tanaman dan smperotkan GLIO
Penyakit Virus :
Gejala : pertumbuhan tanaman menjadi lambat,
Pengendalian : sanitasi total lahan, tanaman yang terinfeksi cabut dan bakar

Writed by Baranur


Sunday, 19 February 2017

Keuntungan dan Kendala Pemupukan Lewat Daun serta Proses Penyerapannya


Pemupukan lewat daun adalah cara atau metode aplikasi memasok hara lebih cepat daripada aplikasi ke akar, namun lebih cepat hilang dengan beberapa kendala, antara lain:
1. Laju penetrasi rendah, terutama pada daun dengan kutikula tebal (ex. jeruk & kopi)
2. Adanya aliran permukaan pada permukaan hidrofob
3. Pencucian oleh hujan
4. Larutan cepat kering
5. Laju translokasi terbatas, hara tidak segera ditranslokasi dari tempat fiksasi ke bagian lain (contoh: unsur Ca pada daun dewasa)
6. Jumlah hara makro yang bisa diberikan sangat terbatas (bandingkan N pada pupuk daun vs urea)
7. Kerusakan daun (nekrosis & terbakar)

Dalam proses pemupukan lewat daun biasanya dengan cara disemprot dan hal yang perlu diingat adalah dosis pemupukan tidak boleh berlebihan, selain itu jika daun tanaman masih muda dan akan tumbuh tunas, tidak boleh dilakukan spraying ini. Setelah daun muda atau tunas muda menjadi ranting yang kokoh, maka spraying boleh dilakukan.

Penyemprotan diarahkan ke bagian daun yang menghadap ke bawah karena jumlah mulut daun (stomata) lebih banyak dibagian bawah dari pada dibagian atas daun. Larutan pupuk disemprotkan dengan alat semprot (sprayer).

Larutan pupuk yang keluar dari nozzle dalam bentuk percikan kabut. Arah semprotan sesuai dengan arah angin. Bagian daun yang menghadap ke bawah. Penyemprotan larutan pupuk daun dilakukan tidak terlalu dekat.

Pupuk hendaknya disemprotkan ketika matahari tidak sedang terikteriknya. Paling ideal dilakukan sore hari (sekitar pukul 15.30 – 17.30) atau pagi hari (sekitar pukul 07.00-09.00), keadaan dimana matahari belum begitu menyengat. Kalau dipaksakan juga menyemprot ketika panas, pupuk daun itu banyak menguap daripada diserap oleh daun.

Penyemprotan pupuk daun jangan dilaksanakan menjelang musim hujan. Resikonya pupuk daun akan habis tercuci oleh air hujan dan lagipula pada saat seperti itu stomata sedang menutup.

Pemberian pupuk daun bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian pestisida kalau dianggap perlu, atau bersamaan dengan zat perangsang tumbuh (ZPT).



Proses Penyerapan Hara Pupuk oleh Daun & Bagian Aerial

Beberapa unsur hara masuk ke dalam tubuh tanaman dalam bentuk gas, terutama CO2 dan O2. Selain itu juga SO2, NH3 dan SOx. Gas-gas tersebut masuk melalui stomata, juga bisa melalui ektodesmata, hydatoda dan lentisel. Struktur dinding sel bagian luar dari sel-sel epidermis berperan penting dalam fiksasi ini. Gas-gas tersebut masuk melalui stomata dengan cara pertukaran dengan air dalam proses transpirasi. Laju fiksasi gas-gas tersebut sangat dipengaruhi oleh laju transpirasi. Permasalahannya adalah transpirasi merupakan proses kehilangan air terbesar dari tubuh tanaman.


Struktur dinding luar sel epidermis pada daun





















Bagian Daun Tempat Masuk dan Penyerapan Unsur Hara

>>>Stomata
bentuk dan mekanisme kerjanya


















Ketika stomata terbuka























>>>Lentisel
Proses  pembentukan lentisel pada tanaman























Lentesil yang telah terbentuk sempurna
















>>>Ektodesmata
Ektodesmata adalah nonplasmatic channel yang berperan dalam transpirasi kutikula dan peristomata yang biasanya terbentuk dalam sistem dinding sel antara sel
penjaga dan subsider.










Irigasi dengan metode sprinkle meningkatkan kandungan garam agar lebih tinggi
pada daun daripada dengan cara tetesan. Emulsifier dalam larutan pupuk daun sangat diperlukan sebagai penurun tegangan permukaan molekul yang terlarut.















Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada kondisi:
1. Ketersediaan hara di tanah sangat rendah;
2. Topsoil kering;
3. Penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif;
4. Peningkatan kandungan prot pada biji
5. Peningkatan kandungan Ca pada buah

Pencucian unsur hara dari daun adalah penghilangan substansi dari bagian aerial tanaman oleh air, seperti hujan, irigasi, embun, dan penyemprotan. Substansi biasanya mengalami pencucian (leaching) dengan cara:
1. Dikeluarkan scr aktif ke permukaan eksternal (ex. Garam oleh kelenjar garam)
2. Dikeluarkan melalui gutasi (karena tekanan akar)
3. Hilang dari daerah daun yang rusak
4. Tercuci dari apoplas jariangan daun utuh

Leaching ini menguntungkan bagi tanaman tersebut (contoh: mekanisme ketahanan terhadap salinitas) maupun lingkungan (contoh: pasokan hara ke tanah).

Writed by Baranur


Pertanian Organik sebagai Metode Bertani Masa Depan (bagian 1 dari 3)


Pengantar
Memasuki abad ke-21 banyak keluhan masyarakat tentang berbagai penyakit seperti stroke, penyempitan pembuluh darah, pengapuran, dan lain-lain. Salah satu penyebabnya adalah karena pola makan. Pada zaman sekarang ini banyak sekali bahan makanan yang diolah dengan berbagai tambahan bahan kimia.

Penggunaan Pestisida
Budaya petani yang menggunakan pestisida kimia dengan frekuensi dan dosis berlebih menghasilkan pangan yang mengandung  toksin atau racun (dalam jumlah yang kecil) dan bahan pangan tersebut secara perlahan meracuni tubuh konsumen.

Adanya logam-logam berat yang terkandung di dalam pestisida kimia akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur yang dulu selalu dianggap menyehatkan, kini juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia berlebih.

Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl dll) dan pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35 tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan pestisida baik insektisida dan fungisida oleh petani sudah merupakan hal yang sangat akrab dengan petani kita. Itulah yang digunakan untuk mengendalikan serangan sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari berbagai tanaman budidaya.

Alasan petani memilih pestisida sintetik untuk pegendalian OPT di lahannya antara lain karena aplikasinya mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, dan banyak tersedia di pasar. Bahkan selama enam dekade ini, pestisida telah dianggap sebagai penyelamat produksi tanaman selain kemajuan dalam bidang pemuliaan tanaman. Pestisida yang beredar di pasaran Indonesia umumnya adalah pestisida sintetik.

Penggunaan Pupuk
Peningkatan mutu intensifikasi selama tiga dasawarsa terakhir, telah melahirkan petani yang mempunyai ketergantungan pada pupuk yang menyebabkan terjadinya kejenuhan produksi pada daerah-daerah intensifikasi padi. Selain menimbulkan pemborosan juga menimbulkan berbagai dampak negatif khususnya pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu upaya perbaikan agar penggunaan pupuk dapat dilakukan seefisien mungkin dan ramah lingkungan.

Adanya kejenuhan produksi akibat penggunaan pupuk yang melebihi dosis, selain menimbulkan pemborosan juga akan menimbulkan berbagai dampak negatif terutama pencemaran air tanah dan lingkungan, khususnya yang menyangkut unsur pupuk yang mudah larut seperti nitrogen (N) dan kalium (K). Selain itu, pemberian nitrogen berlebih disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya, juga dapat memberikan dampak negatif, diantaranya meningkatkan gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu, perlu upaya perbaikan guna mengatasi masalah tersebut, sehingga kaidah penggunaan sumber daya secara efisien dan aman lingkungan dapat diterapkan.

Efisiensi penggunaan pupuk saat ini sudah menjadi suatu keharusan, karena industri pupuk kimia yang berjumlah enam buah (PT Pusri Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Kujang, dan seterusnya)  telah beroperasi pada kapasitas penuh, sedangkan rencana perluasan sejak tahun 1994 hingga saat ini belum terlaksana.

Di sisi lain, permintaan pupuk kimia dalam negeri dari tahun ke tahun terus meningkat, diperkirakan beberapa tahun mendatang Indonesia terpaksa makin banyak mengimpor pupuk kimia. Upaya pembangunan pertanian yang terencana dan terarah yang dimulai sejak Pelita pertama tahun 1969, telah berhasil mengeluarkan Indonesia dari pengimpor beras terbesar dunia menjadi negara yang mampu berswasembada beras pada tahun 1984. Namun di balik keberhasilan tersebut, akhir-akhir ini muncul gejala yang mengisyaratkan ketidakefisienan dalam penggunaan sumber daya pupuk. Keadaan ini sangat memberatkan petani, lebih-lebih dengan adanya kebijakan penghapusan subsidi pupuk dan penyesuaian harga jual gabah yang tidak berimbang.


Tanaman untuk membuat Pestisida Nabati


Mengenai pemberantasan hama dan penyakit tanaman, kearifan lokal mempunyai banyak pilihan agens nabati berupa tanaman pestisida nabati yang berfungsi sebagai pestisida, insektisida, fungisida, nematoda, bakterisida, seperti tabel dibawah ini:

Tabel Tanaman yang digunakan sebagai Pestisida Nabati

Nama Tanaman
Nama Ilmiah
Bagian Tanaman
Jenis Pestisida
Akar Tuba Derris eliptica (Roxb.) Benth. Akar Insektisida
Alamanda Allamanda cathartica L. Bunga, daun Insektisida
Babadotan Ageratum conyzoides Linn. Daun, batang,
akar
Insektisida
Nematisida
Bakung Crinum asiaticum L herba bakterisida,
Balakama ,
Ruku-ruku & Selasih
Kemangi
Ocimum basillicum L
Ocimum basillicum var ormacitratum
Daun, biji Insektisida
Bawang Merah
Bawang Putih
Allium cepa L.
Allium sativum L.
Umbi Insektisida,
Fungisida
Nematisida
Bengkoang Pachyrhizus erosus (L.) Urban. Biji Racun ikan
Brotowali Tinospora crispa (L.) Miers Batang Mengusir tikus
Cengkeh Eugenia aromatica O.K. Daun, bunga, tangkai bunga insektisida, fungisida, bakterisida, dan nematosida
Jarak Jatropha curcas Linn Biji, Daun Anti mikroba
Jeringau, Dringo Acorus calamus Linn. Daun, umbi Insektisida
Kecubung Datura metel L. Bunga , daun Insektisida
Kelapa Cocos nucifera Linn. Air buah Bakterisida,  ZPT
Krisan Chrysanthemumcinerariaefolium VIS                        Mahkota bunga insektisida, fungisida, dan nematisida
Kunyit Curcuma longa Linn. Rimpang insektisida
Lengkuas Alpinia purpurata K.Schum Rimpang Bakterisida
fungisida
Mimba Azadirachta indica A.Juss. Daun, buah insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida.
Mindi Melia azedarach Linn biji insektisida, fungisida, dan nematosida
Pepaya Carica papaya L. Daun insektisida
Serai Wangi Andropogon nardus L. Daun, batang insektisida, bakterisida, dan nematisida
Sirih Piper betle Linn. Daun Fungisida, bakterisida
Sirsak Annona muricata Linn. Daun Insektisida
Tembakau Nicotiana tabacum L. Daun Insektisida
Titonia Tithonia difersifolia A. Gray Daun Insektisida

Disamping agens nabati tersebut diatas untuk mengatasi hama dan penyakit, tersedia dan telah dikembangkan  pula beberapa jenis Agens Hayati berupa:  cendawan, parasitoid, bakteri bahkan virus.

Cara bekerjanya memang  berbeda. Jika pestisida kimia bersifat membunuh langsung mati hama sekaligus berdampak negatif, maka   pesitisda/insektisida   disamping aman juga  bersifat  spesifik dan feeding deterrent,  yaitu awalnya mengurangi selera makan hama, sehingga tidak lagi berbahaya bagi tanaman, sampai mati setelah 2 minggu.

Edited & Writed by Baranur

Saturday, 18 February 2017

Unsur Hara Esensial dan Non Esensial


A. Unsur Hara Esensial
Unsur hara esensial adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Bila jumlahnya tidak mencukupi, maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan Normal, diantaranya :
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Molibdenum (Mo), Tembaga/cuprum (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).

1. Unsur Hara Makro 
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif besar. Dari jumlah yang tersedia di alam unsur hara makro terbagi menjadi 2 (dua), yaitu Jumlah tak terbatas dan Jumlah terbatas.

Fungsi Unsur Hara Makro Esensial dan Jumlah Tak Terbatas

Unsur Hara Makro esensial ini mempunyai Jumlah tak terbatas dialam dan tidak perlu diusahakan pengadaannya. Unsur hara ini disebut juga pokok, karena penyusun bahan organik,  jumlahnya tak terbatas di alam.  Tidak ada kasus kekurangan, kalaupun ada gejalanya layu menyeluruh dan merata karena tanaman tidak disiram atau kekurangan air.

a.  Karbon (C)
Sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02.

b. Hidrogen (H)
Sebagai elemen pokok pembangun bahan organik. diambil dalam bentuk air (H2O)

c. Oksigen (O)
Sebagai pembangun bahan organik, respirasi, dan pembakar energi. diambil oleh tanaman dalam bentuk Oksigen Bebas(O2) atau air (H2O).

Fungsi Unsur Hara Makro Esensial dan Jumlah Terbatas
Unsur Hara Makro esensial ini mempunyai jumlah terbatas, dan perlu diusahakan pengadaannya. Jumlah terbatas bahkan sangat kecil di alam atau jumlah kecil yang bisa diserap tanaman, harus diusahakan pengadaannya karena nutrisi ini begitu penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

a. Nitrogen (N)
* Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
* Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri.
* Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman.
* Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun.

Kekurangan unsur N menyebabkan pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.

b. Phosfor (P)
* Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman.
* Merangsang pembungaan dan pembuahan.
* Merangsang pertumbuhan akar.
* Merangsang pembentukan biji.
* Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel.

Kekurangan unsur P menyebabkan pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat ).

c. Kalium (K)
* Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
* Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit.

Kekurangan Kalium menyebabkan batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

d. Calsium (Ca)
* Merupakan bagian penting dari dinding sel dan sangat penting untuk menunjang proses pertumbuhan.
* Kalsium adalah untuk menyusun klorofil.
* Dibutuhkan enzim untuk metabolis karbohidrat, serta mempergiat sel meristem.

Kekurangan Calsium mengakibatkan terjadinya disintegrasi pada ujung-ujung tanaman (ujung batang, akar, dan buah)  sehingga ujungnya menjadi mengering atau mati, tunas daun yang masih muda akan tumbuh abnormal.

e. Magnesium (Mg)
* Merupakan penyusun utama khlorofil yang menentukan laju fotosintesa / pembentukan karbohidrat.
* Berfungsi untuk transportasi fosfat.
* menciptakan warna hijau pada daun.

Kekurangan Mn menyebabkan menguningnya daun yang dimulai dari ujung dan bagian bawah daun.

f. Sulfur (S) / Belerang
* Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas serta membantu pembentukan bintil akar tanaman
* Pertumbuhan anakan pada tanaman
* Berperan dalam pembentukan klorofil serta meningkatkan ketahanan terhadap jamur
* Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma dan juga aktifator enzim membentuk papain

Kekurangan S pada tanaman pada umumnya mirip kekurangan unsur nitrogen. misalnya daun berwarna hijau mudah pucat hingga berwarna kuning, tanaman kurus dan kerdil, perkembangannya lambat.

2. Unsur Hara Mikro
Fungsi Unsur Hara Mikro Esensial dan Jumlah Terbatas
Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif kecil, bila berlebihan menjadi racun. Diantaranya : Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga/cuprum (Cu), Seng (Zn) dan,

a. Ferrit (Fe)/besi 
Berfungsi untuk pembentukan klorofil. Akibat kekurangan Fe yaitu daun menguning dan ahirnya mati dari pucuk.

b. Mangan (Mn) 
Berfungsi untuk penyusunan klorofil, perkecambahan, dan pemasakan buah. Ciri kekurangan Mn yaitu biji yang terbentuk akan sangat jelek, daun menguning dan beberapa jaringan akan mati.

c. Tembaga/Cupprum (Cu)
Tembaga berfungsi untuk sebagai salah satu unsur pembentukan klorofil dan proses fotosintesis.  Ciri kekurangan  tembaga daun tidak merata dan daun sering layu, malah terkadang klorosis.

d. Seng/zink (Zn)
Zink (Zn) berfungsi memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga Zn dapat berfungsi untuk membebtuk hormon tumbuh. Kekuranan unsur ini ditandai dengan daun berwarna aneh-aneh misal kekuning-kuningan atau pada daun yang sudah tua berwarna kemerahan. Kalau diperhatikan dengan seksama cabang dan batangpun ikut terkena bencana yang mengakibatkan terdapatnya lubang kecil-kecil.

e. Boron (B) 
Berfungsi:
* Mengangkut karbohidrat kedalam tubuh tanaman dan menghisap unsur kalsium.
* Di dalam perkembangan bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif.
* Pada tanaman penghasil  biji unsur ini berpengaruh terhadap pembagian sel.
* Menaikkan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah.

Kekurangan unsur boron:
* paling nyata tampak pada tepi-tepi daun yaitu gejala klorosis, mulai dari bagian bawah daun.  daun yang baru muncul terlihat kecil dan tanaman agak kerdil cabang tumbuh sejajar. kuncup-kuncup mati dan berwarna hitam.
* menimbulkan penyakit fisiologis , khususnya pada atanaman sayur dan buah, pada tanaman semangka biasanya ditandai dengan pertumbuhan batang muda yang tegak berdiri, ruas pendek, daun mengecil, dan bila terkena angin batang muda tersebut mudah patah dan mengeluarkan cairan berwarna kecoklatan, terutama pada tanaman sayur  dan buah.
kekurangan unsur ini agak sulit dibedakan dengan tanaman yang terkena serangan virus. Dan pada tanaman jagung kekurangan unsur ini bisa mengakibaatkan tongkol tanpa biji sama sekali ( mirip jagung yang tidak terbuahi).


B. Unsur Hara Non Esensial
Unsur hara ini berperan dalam jumlah yang relatif kecil, Akibat Kekurangan unsur hara ini belum banyak dipelajari karena perannya dapat digantikan dengan unsur hara lainnya. Unsur ini jarang sekali bisa tersedia di alam dan mempunyai jumlah yang terbatas. Diantaranya: Molibdenum (Mo), Klor (Cl), Natrium (Na), Cobalt (Co), Silicon (Si), dan Nikel (Ni).

a. Klorin (Cl)
Klorin diperlukan untuk osmosis dan keseimbangan ionik sel bagian dari regulasi energi, juga memainkan peran dalam fotosintesis.

b. Cobalt (Co)
Untuk Fiksasi nitrogen dalam penyerapan unsur N (Nitrogen), Cobalt dapat digantikan perannya dengan Natrium (Na), dan Molibdenum (Mo).

c. Molibdenum (Mo)
Sebagai kofaktor pada beberapa enzim penting untuk membangun asam amino.

d. Natrium (Na)
Sebagai keseimbangan ion pada regulasi energi untuk membuka dan menutupnya stomata.

e. Silicon (Si)
Tersimpan dalam dinding sel yang mengakibatkan sifat mekanis sel yaitu kaku atau elastis.

f. Nikel (Ni)
Pada tanaman Keras/tumbuhan tingkat tinggi sebagai aktivasi urease (enzim yang berperan dalam metabolisme Nitrogen untuk proses perombakan urea).
Pada tanaman tingkat rendah, sebagai kofaktor beberapa enzim.
Perannya dapat digantikan dengan  Seng (Zn) dan Besi (Fe).

Penulis: Baranur

Akibat Kekurangan Unsur Hara


Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya, yaitu adanya kelainan atau penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda (dimulai dari proses penyemaian).

Gejala kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali memperlihatkan tanda-tanda kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat. Pada umumnya pertama-tama akan terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar, yaitu pada bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya.

1. Nitrogen (N)
Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)
a. Warna daun menjadi hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
c. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas

2. Phosfor (P)
Kekurangan unsur hara Phosfor (P)
a. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
b. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
c. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang.

3. Kalium (K)
Kekurangan unsur hara Kalium (K)
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.
a. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati
b. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
c. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan
d. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur
e. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah

Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat. Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic), berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air
b. Batang
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih mudah rebah
c. Akar
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.
d. Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.

4. Belerang (S)
Kekurangan unsur hara Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan ’Tea Yellow’ atau ‘Yellow Disease’
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah
e. Jumlah anakan terbatas.

5. Kalsium (Ca)
Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)
a. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati
b. Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati
c. Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk
d. Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita

6. Magnesium (Mg)
Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan
b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.

7. Besi (Fe)
Kekurangan unsur hara Besi (Fe)
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Besi (Fe) dengan zat kapur/ Kalsium (Ca) pada tanah serta tanah yang berlebihan kapur dan bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
b. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih
c. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
d. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.

8. Mangan (Mn)
Kekurangan unsur hara Mangan (Mn)
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:
a. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih
b. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang
c. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi
d. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai
e. Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah
f. Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).

9. Tembaga (Cu)
Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) terkadang ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi coklat dan mati pula
b. Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang mati
c. Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna coklat
d. Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).

10. Seng (Zn)
Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)
a. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
* Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak
b. Pada padi sawah gejala terlihat 2 - 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka
c. Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 - 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau
d. Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.

11. Molibdenum (Mo)
Kekurangan unsur hara Molibdenum (Mo)
a. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo
b. Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.

12. Boron (Bo)
Kekurangan unsur hara Boron/Borium (Bo)
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.
a. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan daun mati
b. Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat
c. Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali
d. Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi
e. Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam
f. Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.

13. Klorida (Cl)
Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)
a. Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga
b. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.

Writed by Baranur

Unsur Hara (Pengertian dan Fungsinya)


Unsur hara yaitu suatu zat yang dapat memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan juga perkembangan fisik pada tanaman. Antara Unsur hara satu dengan yang lainnya tak bisa digantikan dengan unsur lainnya karena termasuk unsur esensial yang harus ada dalam jumlah tertentu dengan takaran yang pas bagi masing-masing tanaman. Unsur hara terdiri dari beberapa jenis unsur yang dapat diperoleh dari udara melalui stomata dan juga lentisel pada tanaman dan bisa diperoleh dari tanah melalui akar.

Pengertian unsur hara itu sendiri adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman yang terbentuk dari bahan organik dan anorganik. Berdasarkan jumlah yang diserap tanaman pada umumnya, unsur hara dibedakan menjadi dua yaitu:

* Unsur Hara Makro yang terdiri dari Primer dan Sekunder;
* Unsur Mikro.

Unsur Hara Makro Primer

Nitrogen (N):
Nitrogen merupakan unsur mobile (jika tidak cukup tersedia, bisa pindah dari daun tua ke daun muda) didalam tanaman
Fungsi : Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan; mendorong pembentukan daun dan batang tanaman; pembentuk klorofil (zat hijau daun); mempercepat pertumbuhan tanaman, tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah anakan; penyusun Protein, Enzim, dan Asam Nukleat

Kekurangan : Pertumbuhan tanaman terhambat, gejala kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua, daun-daun tua lebih cepat gugur, karena N yang ada pada daun tua ditransfer ke daun muda. Gejalanya ditandai berupa menguningnya daun. Kadang-kadang warna daun menjadi kemerahan sebagai akibat terbentuknya "anthocyanin".:

Kelebihan : Hal ini terjadi jika pemupukan tidak tersebar secara merata, akar tanaman menjadi rusak, busuk dan mati. Jika pupuk N disebar dan percikannya mengenai daun, maka daun akan mengalami bercak, kadang-kadang rantingnya ikut mati.

Phospor (P):
Fungsi : Merangsang pertumbuhan akar/umbi; mendorong pembentukan bunga dan buah; memperkuat tegaknya batang; meningkatkan rendemen & komponen hasil panen; meningkatkan mutu benih dan bibit

Kekurangan : Tanaman tumbuh merana, lemah dan mudah rebah; pembentukan bunga dan buah terlambat; pada tanaman umbi, umbinya tidak membesar; memicu rontoknya daun, gejala ditunjukkan munculnya warna kemerahan atau keunguan sebagai akibat pembentukan anthocyanin.

Kelebihan : Pertumbuhan tanaman terhambat, karena terjadinya ikatan N-P yang menyulitkan penyerapan unsur N oleh tanaman.

Kalium (K):
Fungsi : Membantu transportasi hasil fotosintesa dari daun ke seluruh tubuh tanaman; membuat tanaman lebih tegak dan kokoh; meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama/penyakit, kekeringan dan berperan dalam pembentukan pati, gula, dan minyak; meningkatkan persentasi gabah (isi, bobot, bulir per malai); meningkatkan ketahanan hasil panen selama pengangkutan dan penyimpanan; membantu pertumbuhan akar & batang lebih kuat; berperan penting dalam Proses sintesa protein, Proses pengangkutan pati dan gula serta Aktifitas enzim

Kekurangan : Ditandai dengan munculnya bercak-bercak kuning pada daun, diikuti dengan mati/"mengeringnya" ujung dan pinggiran daun. Kejadian ini dimulai dari bagian tanaman yang lebih tua. Hasil fotosintesa kurang/ tidak akan diserap oleh sel tubuh tanaman. Pada tanaman buah akan mengurangi rasa manisnya buah; mudah terserang patogen tanaman; batang mudah rebah.

Kelebihan : Pertumbuhan tanaman terhambat, karena terjadinya ikatan N-K yang mengakibatkan sulitnya penyerapan unsure N; pada tanaman Cucurbitaceae daun menjadi kaku, mudah pecah, buah retak-retak.


Unsur Hara Makro Sekunder

Kalsium (Ca):
Biasa tersedia dalam bentuk zat kapur.
Fungsi : Mempercepat pertumbuhan akar, mempermudah penyerapan kalium oleh tanaman, menetralkan kemasaman tanah yang sebagian besar mengandung unsure mikro menjadi dalam  keadaan “tersedia” bagi tanaman.

Kekurangan : Pertumbuhan akar terhambat, menyebabkan kemasaman tanah tinggi yang berakibat klorisis pada daun. Kekurangan kalsium juga menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel apikal pada tunas dan daun. Hal ini menyebabkan tunas dan daun mati. Keadaan ini sering diawali dengan matinya ("mengeringnya") pinggiran daun muda.

Kelebihan : Tidak akan banyak mempengaruhi tanaman, tetapi kalau terlalu banyak (misalnya pada tanah berkapur) pada musim kering banyak tanaman mengalami dehidrasi (keluarnya zat cair pada tanaman).


Magnesium (Mg):
Fungsi: Merupakan bagian dari klorofil daun, penting dalam proses pembentukan klorofil, membantu distribusi Phospor keseluruh tubuh tanaman.

Kekurangan : Klorisis pada daun, ditunjukkan oleh muculnya bercak-bercak berwarna kuning pada daun, tetapi tulang daunnya masih berwarna hijau. Dimulai pada daun-daun yang lebih tua kemudian diikuti pada daun-daun lebih muda.

Kelebihan : Hampir tidak mempengaruhi tanaman, kecuali dalam jumlah yang sangat besar.


Belerang (S):
Fungsi : Meningkatkan pengaruh kerja phospor, meningkatkan kwalitas hasil panen, berperan dalam metabolisme karbohid rat, meningkatkan ketahanan hasil panen, meningkatkan rendemen hasil panen gula pada tebu dan tembakau, komponen pokok asam amino penyusun protein dan enzim

Kekurangan : Kekurangan belerang menyebabkan terhambatnya masa generative tanaman, ditandai dengan menguningnya daun. Diawali dengan daun-daun muda terlebih dahulu. Kadang-kadang disertai juga dengan memerahnya daun.

Kelebihan : Meningkatkan kemasaman tanah yang membahayakan tanaman.



Unsur Hara Mikro

Besi (Fe):
Fungsi : Membantu proses pembentukan klorofil daun, menguatkan batang dan vigor tanaman.

Kekurangan : Kekurangan besi ditunjukkan oleh menguningnya daun yang dimulai dari ujung daun. Daun menjadi sangat mudah patah dan transparan sebelum terlepas. Hygrophylla sp, dan tanaman air lain dengan pertumbuhan cepat, pada kondisi kekurangan Fe, akan menunjukkan gejala ini terlebih dahulu dibandingkan tanaman lain.

Kelebihan : Hampir tidak mempengaruhi tanaman, kecuali dalam jumlah yang sangat besar (tercemar)


Mangan (Mn):
Fungsi : Membantu tanaman dalam menyerap unsur N.

Kekurangan : Mengambat pertumbuhan tanaman, yang ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian yang menguning tersebut akan mati dan meninggalkan lubang-lubang berbentuk memanjang. Kekurangan Mn sering terjadi sebagai akibat pemupukan Fe berlebihan sehingga menyebabkan Mn menjadi tidak tersedia.

Kelebihan : Hampir tidak mempengaruhi tanaman, kecuali dalam jumlah yang sangat besar (tercemar)

Tembaga (Cu) :
Fungsi : Diperlukan dalam proses pembentukan klorofil daun.

Kekurangan : Ujung daun mati dan pinggirannya layu. (Kelebihan Cu dapat membunuh berbagai tanaman, seperti Vallisneria, Ludwigia, Sagitaria, dll). Ranting berwarna coklat, lalu mati dari pucuknya. Pada pohon buah, buah yang terbentuk kecil-kecil. Pada tanaman sayuran sering mengalami kegagalan panen.

Kelebihan : Sering meningkatkan kemasaman tanah, karena berikatan dengan ion sulfat.


Seng (Zn):
Fungsi : Membantu dalam proses pembuatan klorofil daun dan menguatkan batang tanaman.

Kekurangan : Menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun, pada pinggiran dan pada ujung daun tua.

Kelebihan :


Boron (B):
Fungsi : Meningkatkan vigor tanaman.

Kekurangan : Titik tumbuh mati. Tanaman selanjutnya akan membentuk tunas samping, yang kemudian akan mati pula dengan cepat.

Kelebihan : Dalam jumlah besar menganggu proses fisiologis tanaman.


Molibdenum (Mo):
Fungsi :

Kekurangan : Bintik-bintik kuning diantara tulang daur pada daun lebih tua terlebih dahulu. Diikuiti dengan terbentuknya warna coklat pada pinggiran daun.

Kelebihan :

Klorida (Cl):
Fungsi :

Kekurangan :

Kelebihan :

Demikian Informasi mengenai Unsur Hara, semoga bermanfaat.

Edited: Baranur

Sumber:
Ir. Nur Tjahjadi; Hama dan Penyakit Tanaman; Kanisius; 1989; Yogyakarta; Hal-16-18
Ir. Mul Mulyani Sutedjo; Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman; Rineka Cipta; 2004; Jakarta
http://jokowarino.id/definisi-dan-pengertian-unsur-hara/

Friday, 17 February 2017

Pengendalian HPT Tanaman Pangan (Bagian 2 dari 5)


Pengendalian HPT Padi Gogo
Pengendalian hama daun, penggerek batang dan hama buah/gabah padi dapat menggunakan semprotan.Pengendalian hama padi gogo dengan semprotan terkadang sangat sulit, hal ini disebabkan tidak ada air pada saat akan diaplikasi padahal kerusakan oleh hama atau populasi hama sudah mencapai ambang ekonomi. Salah satu usaha adalah dengan menggunakan perlakuan benih (seed treatment), dan pada setiap pemupukan pupuk dicampur dengan insektisida bentuk butiran yang sitemik. Hama-hama yang biasa menyerang padi gogo adalah pemakan dan penghisap tanaman, penggerek batang padi, penggorok daun, dan pembuat furu.


Tabel Beberapa jenis hama tanaman yang biasa menyerang/merusak tanaman padi gogo
Cara Makan Hama
Nama Hama
Penghisap
Batang
Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)

Daun
Wereng Hijau

Bulir
Walang Sangit (Leptpcorisa sp), Kepik (Nezara sp)                                                
Pemakan
Daun
Belalang Padi (Oxya Chinensis), Belalang nyungcung (Atractomorpha sp), belalang jongrang (Acrida sp), belalang kayu (Valanga nigricornis), belalang kembara (Lucusta migratoria), pelipat daun (Cnaphalocrosis medinalis)

Batang
Anjing tanah = orong-orong = gang (Gryllotalpa afiricana), lalat bibit (Atherigona sp), tikus

Akar
Uret = kuuk (Holotrichia helleri), mementul
Penggerek Batang
Penggerek batang padi putih (Schirpophaga innota), Penggerek batang padi kuning (Schirpophaga incertulas), Penggerek batang merah jambu (Sesamia inferens), Penggerek batang kepala hitam (Chilo Polychrysus), Penggerek batang bergaris (Chilo Suppressalis)
Penggorok Daun
Hispa
Pembuat Furu
Ganjur (Orseolia oryzae)


Penyakit yang banyak menyerang padi gogo adalah blas (Pyricularia grisea). Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menyemprotkan fungisida pada saat anakan maksimum dan 5% berbunga. Fungisida yang dapat dipakai dengan bahan aktif Klorotalonil, Metil Tiofanat,dsb.


Organisme yang Berpotensi menjadi Hama Tanaman


Hama adalah organisme berupa makhluk hidup ataupun serangga yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Jenis-jenis organisme yang berpotensi menjadi Hama antara lain :

1. Nematoda
Organisme yang berpotensi menjadi hama yaitu: pratylenchus, radopholus(=Rotylenchus), =Hirschmanniella, Tylenchus, Helycotylenchus, Aphelenchoides, Meloidogyne(=Heterodera).

Gejala yang ditimbulkan karena serangan nematode kebayakan adalah bintil akar atau puru. Selain puru nametode dapat menyebabkan:
* Bercak akar,mula –mula sangat kecil,lalu dapat menjalar keseluruh akar.
* busuk akar,disebabkan oleh organisme sekunder setalah ada pelukaan oleh nematode
* kerdil akar dan membengkak.
* kerusakan pada bunga,daun,dan batang
* puru pada biji-bijian sejenis gandum

Akibat lain Hama Nematoda yang umum terjadi yaitu tanaman tumbuh merana, layu pada siang hari, daun menguning, hasil panen yang menurun.

2. Siput/Keong (Mollusca)
Mollusca adalah hewan bertubuh lunak yang merupakan hama penting pada tanaman sayuran, tanaman hias, tembakau, karet, pisang, ubi kayu, bawang, cabai, dan padi. Siput dan keong,atau sering juga di sebut bekicot memakan daun tanaman dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Dua genus yang cukup penting menjadi hama yaitu Achatina fulica dan filicaulis bleekeri (siput tembakau deli).

3. Acarina (tungau)
Sebagian tungau merupakan perusak tanaman, Berkaki 8,  alat mulutnya celicera yang berfungsi sebagai penusuk dan penghisap. Tungau merah merupakan hama penting pada tanaman tomat, cabai, jeruk, kina, karet, dan teh.

Gejala yang ditimbulkan pada tanaman:
* puru daun selsel daun membesarkan karena pengaruh enzim yang dikeluarkan oleh tungau
* klorosis pada daun, daun muda yang terserang tungau setelah besar akan menjadi pucat, klorosis, kriting.
* bercak bercak merah, daun tua terserang (daun ubi kayu) akan menimbulkan bercak merah kecoklatan
* tenunan seperti sarang laba-laba pada permukaan bawah daun

4. Serangga (Hexapoda)
Hampir semua tanaman yang berguna bagi manusia dapat dirusak oleh serangga. Bagian tanaman yang dirusak Serangga:
* memakan bagian tanaman dengan cara mengerek batang,cabang,ranting,buah atau biji
* mengisap cairan daun, sehingga daun menjadi kriting.
* menyebab puru pada tanaman
* menggorok daun,yaitu membuat terowongan di antara epidermis dan bawah daun
* membawa serangga lain kepertanaman,lalu serangga tersebut akan berkembang biak serta merusak tanaman
* menularkan organisme penyebab penyakit tanaman atau membuat luka pada tanaman sehingga organisme sekunder masuk dalam tanaman.

Selain merusak tanaman serangga juga dapat merusak bahan pangan simpanan, seperti tempek. Penyimpanan atau gudang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan serangga hama gudang karena tidak ada musuh alaminya, disamping  itu perkembangan serangga di dalam gudang berlangsung lama tanpa diketaui oleh manusia

Beberapa organisme serangga yang berpotensi menjadi Hama:

Orthoptera (Belalang)
Berasal dari kata ortho dan pteron, serangga ini bersayap lurus pada waktu istirahat.  Tipe perkembangan hidupnya paurometabola. Tipe alat mulut nimva dan imago sama yaitu mengunyah. Nimva dan imago hidup pada habitat yang sama dan sama sama merusak tanaman.

Satu famili dari orthoptera yang menjadi predator yaitu famili mantiday, dalam bahasa indonesia belalang sembah, sebab dua buah tungkainya seperti sedang menyembah. Jika akan menangkap mangsanya berupa kutu daun dan kepik kadang-kadang bersifat kanibal.

Spesies yang menjadi hama penting yaitu belalang pedang. Belalang pedang merusak pertanaman kelapa di daerah sulawesi utara. Alat peletak telurnya seperti pedang.

Hemiptera (kepik)
Berasal dari kata hemi (setengah) dan pteron (sayap). Serangga ini mempunyai sayap, di bagian depanya mengalami penebalan dan sebagian sisanya bertekstur seperti selaput. Tipe perkembangan hidupnya telur-Nimva-imago. Tipe alat mulut nimva dan imago sama yaitu menusuk dan menghisap. Nimva dan imago hidup dalam habitat yang sama dan sama-sama merusak tanaman.

Spesies yang menjadi hama penting di antaranya yaitu helopeltis sp.  Spesies ini banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman teh, coklat dan kina. Ciri khasnya adalah menyerang daun muda, sedang pada coklat menyerang buahnya. Contoh lain yaitu kepik buah lada, penghisap polong kedelai, walang sangit, penghisap malai padi dan sebagainya.

Homoptera (kutu tanaman)
Berasal dari kata homo (sama) dan pteron (sayap), serangga ini bersayap sama seperti membran. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu yang bersayap dan tidak bersayap.

Contohnya kutu daun (aphis sp). Setelah menetas telurnya, spesies ini tidak bersayap sampai menjadi imago (dewasa), tetapi setelah populasinya tinggi sebagian dari serangga ini membentuk sayap untuk pindah ketempat lain. Tipe perkembangan hidupnya paurometabola (telur-nifa-imago). Sebagian ada yg bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang didalam imago betina tanpa dapat pembuahan dari sperma.

Spesies yang menjadi hama penting yaitu wereng coklat (nilaparvata luguen), kutu loncat  (heteropsylla sp.), diaphorina citri (vektor penyakit CVPD pada jeruk), aphis sp., myzus persicae  dan sebagainya .

Lepidoptera (kupu dan ngengat)
Berasal dari kata lepidos (sisik) dan pteron (sayap), serangga ini sayapnya terdiri dari sisik-sisik kecil yang akan menempel di tangan bila kita pegang. Imago (serangga dewasa) disebut kupu-kupu jika aktifnya pada siang hari, dan disebut ngengat jika aktif pada malam hari.

Perkembangan hidupnya holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut pada larva menggigit-mengunyah, sedangkan pada imago menghisap-tidak menusuk. Yang merusak tanaman adalah larvanya, sedang imagonya hanya makan nektar/madu dari bunga-bungaan.

Spesies yang menjadi hama penting yaitu Agrotis ipsilon (ulat tanah), Ostrinia furnacalis (penggerek batang/tongkol jagung ), Etiella zinkenella (penggerek polong kedelai), Scirpophaga Incertulas (penggerek batang padi) dan sebagainya.  

Coloeptera (kumbang)
Berasal dari kata coloes (seludang) dan pteron (sayap), serangga ini bersayap seludang pada sayap bagian depannya, sayap belakangnya seperti selaput. Pada waktu terbang sayap depan tidak berfungsi.

Perkembangan hidupnya holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe mulut larva dan imago sama yaitu menggigit-mengunyah. Larva biasa disebut uret atau lundi, Sebagian merupakan perusak akar, penggerek, dan batang.

Jinjing (Xystrocera festiva), perusak pucuk kelapa (Brontispa longissima), penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei) dan sebagainya.

Thysanoptera (Thrips) 
Berasal dari kata thysanos (rumbai) dan pteron (sayap), serangga ini bersayap rumbai. Perkembangan hidupnya paurometabolla (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago tipe mulutnya menusuk-menghisap. Thrips merusak daun, bunga, buah tanaman. Daun yang dihisap menjadi keriting dan salah bentuk, bunga yang diserang menjadi salah bentuk atau gugur, dan jika menyerang buah akan mengakibatkan gugur atau bercak-bercak.

Hymenoptera (lebah)
Berasal dari kata hymen (selaput) dan tron (sayap), serangga ini bersayap selaput. Kebanyakan anggota ordo ini menguntungkan manusia yaitu membantu penyerbukan dan merupakan parasit dan peredator. Tipe perkembangan hidupnya holometabolla (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulutnya menggigit-mengunyah baik pada stadia larva maupun imago, tetapi imagonya kadang-kadang hanya menjilat madu atau nektar bunga tumbuhan.

Odonata (capung)
Serangga dalam ordo ini kurang berperan dalam bidang pertanian. Tetapi beberapa diantaranya menjadi predator rayap, penggerek padi dan thrips bawang. Tipe perkembangan hidupnya hemimetabola. Habitat nimfa berbeda dengan imago, nimfa serangga akuatik (hidup di air) dan imago serangga srial. Imago sebagai predator kadang-kadang mencelupkan diri kedalam air. Contoh yang umum yaitu undur-undur (myrmeleonfrontalis), imago meletakkan telur ditanah berpasir, larva membuat sarang yang sekaligus perangkap semut, membutuhkan makanan cuma dalam jumlah kecil sehingga kurang peranannya dalam pertanian.

5. Burung (Aves)

6. Mamalia

Tikus


Penulis: Baranur
Sumber:
Tjahjadi, Ir.Nur; Tahun 1989; Hama dan Penyakit Tanaman; Kanisius; Yogyakarta


Budidaya Tanaman Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah sayuran paling mudah diolah. Tidak perlu dimasak atau ditumis, cukup dicuci atau dikupas, dimakan ment...