Sistem bercocok
tanam ala hidroponik kini makin banyak dipilih karena merupakan budi daya
tanaman tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang lebih banyak menggunakan
air sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya dilakukan di dalam green house.
Pasalnya, faktor-faktor ekosistem bisa lebih mudah dikendalikan sehingga risiko
terhadap pengaruh cuaca pun bisa diperkecil. Ide awal kebun hidroponik muncul
dalam menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara pemeliharaan.
Selain air,
medium lain yang bisa digunakan dalam sistem bertanam hidroponik ini ialah air,
kerikil, pasir, spon, atau gel. Sedangkan tanaman yang bisa tumbuh dengan
sistem hidroponik pun juga bermacam-macam. "Yang biasa ditanam dengan
menggunakan sistem hidroponik umumnya adalah tanaman apotek hidup, sayuran, dan
tanaman hias.
Banyak manfaat
yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik. Di antaranya, produksi
tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh
lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati, bisa
dengan m1udah diganti dengan tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil yang kontinu. Kualitas daun,
bunga, atau buah pun lebih sempurna dan tidak kotor. Di samping itu,
pengerjaannya juga lebih mudah, tidak memerlukan banyak biaya dan waktu.
Karena manfaat
dan perawatannya yang mudah, sistem ini telah diterapkan di gedung-gedung
bertingkat, tempat-tempat perbelanjaan modern, dan di apartemen. Selain itu,
penempatan tanaman di gedung yang tidak ada sirkulasi udaranya juga bertujuan
mencegah sick building syndrome. Ada berbagai teknik hidroponik yang bisa
anda pilih untuk menanam secara hidroponik.
Nutrient film
technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang
dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research
Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960-an dan berkembang pada
awal 1970-an secara komersial.
Konsep dasar NFT
ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada
lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh
cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene
dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang
disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam
larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal
sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi
dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih
bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal.
Beberapa
keuntungan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah
perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah,
keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat
diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk
pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan
memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting
density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya
perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit
yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
Pada sistem NFT,
kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed (talang), tangki penampung
dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah diproduksi secara massal dan
disediakan oleh beberapa perusahaan supplier greenhouse dan pertanian, di
Jepang terbuat dari styrofoam, namun di Indonesia belum diproduksi sehingga
banyak petani Indonesia memakai talang rumah tangga (lebar 13-17 cm dan panjang
4 meter). Tangki penampung dapat memanfaatkan tempat atau tandon air. Pompa
berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari tangki penampung ke bed NFT
dengan bantuan jaringan atau selang distribusi.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah : kemiringan talang (1-5%) untuk
pengaliran larutan nutrisi, kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat
(dapat diatur oleh pembukaan kran berkisar 0.3-0.75 L/menit) dan lebar talang
yang memadai untuk menghindari terbendungnya larutan nutrisi.
NFT merupakan
alat hidroponik sederhana yang bekerja mengalirkan air, oksigen dan nutrisi
secara terus-menerus dengan ketebalan arus sekitar 2-3 mm. Tanaman disangga
dengan sedemikian rupa sehingga akar tanaman menyentuh nutrisi yang diberikan. Alat
dibuat miring dengan salah satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya yaitu
sebesar 5% dari panjang alat agar arus dapat mengalir dengan lancar. Air dan nutrisi yang
diberikan tidak akan terbuang percuma karena aliran airnya akan masuk ke bak
penampung yang ada dibawahnya setelah itu dipompa kembali ke atas dan dialirkan
lagi ke akar tanaman.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Talang air
2. Pompa
akuarium
3. Pipa PVC
4. Sterofoam
5. Busa
6. Ember atau
wadah air
Kelebihan Sistem Bercocok
Tanam:
1. Tanaman
mendapat suplai air, oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih
menghemat air dan nutrisi.
3. Mempermudah
perawatan karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Biaya yang
diperlukan relatif murah.
Kekurangan Bercocok Tanam:
1. Jika salah
satu tanaman terserang penyakit maka satu talang tanaman akan terserang juga,
bahkan bisa dalam 1 alat semua menjadi tertular.
2. Alat ini
sangat bergantung pada listrik, jika tidak ada aliran listrik maka alat ini
tidak bisa bekerja
2. Wick
System
Wick System
merupakan alat yang sangat sederhana karena pada prinsipnya hanya membutuhkan
sumbu yang menghubungkan antara nutrisi dan media tanam. Air dan nutrisi akan
dapat sampai ke akar tanaman dengan memanfaatkan prinsip daya kapilaritas air
melalui perantara sumbu. Media
tanam akan terus-menerus basah oleh air dan nutrisi yang diberikan disekitar
akar tanaman.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Media tanam
2. Sumbu
3. Ember atau
wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman
mendapat suplai air dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Biaya alat
yang murah.
3. Mempermudah
perawatan karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Tidak
tergantung aliran listrik.
Kekurangan alat:
1. Air dan
nutrisi yang diberikan tidak akan dapat kembali lagi sehingga lebih boros.
2. Banyaknya
jumlah air yang diberikan akan sedikit susah diatur.
3. Floating
/ Rakit Apung
Floating Hidroponic System (FHS) merupakan suatu
budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan /menancapkan
tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan larutan nutrisi
dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau
terendam dalam larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh
Jensen (1980) di Arizona dan Massantini (1976) di Italia.
Pada sistem ini
larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan
dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka
waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama
akan terjadi pengkristalan dan pengendapan nutrisi dalam dasar kolam yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik
seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu
larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi
listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada
energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan
larutan nutrisi saja).
Tanaman
ditancapkan pada lubang dalam styrofoam dengan bantuan busa (agar tanaman tetap
tegak) serta ditambahkan penyangga tanaman dengan tali. Lapisan styrofom
digunakan sebagai penjepit, isolator panas dan untuk mempertahankan tanaman
agar tetap terapung dalam larutan nutrisi. Agar pemakaian lapisan styrofoam
tahan lama biasanya dilapisi oleh plastik mulsa. Bak larutan nutrisi juga difungsikan
sebagai
penyangganya, biasanya bak penampung ini mempunyai kedalaman antara 10-20 cm
dengan kedalaman larutan nutrisi antara 6-10 cm. Hal ini ditujukan agar oksigen
dalam udara masih terdapat di bawah permukaan styrofoam. Untuk otomatisasi
dalam FHS tidak berbeda jauh dengan cara untuk pot culture system.
Floating system
merupakan alat yang paling sederhana karena hanya menggunakan prinsip
penggenangan. Akar tanaman diberi genangan air dan nutrisi secara
terus-menerus. Untuk kebutuhan oksigen tanaman mendapatkannya melalui airstone
yang diletakkan didalam air.Atau bisa juga dengan memberikan pompa Aquarium
sehingga air dan larutan nutrisi bisa terus bersirkulasi. Air dan nutrisi yang diberikan
akan langsung mengenai akar tanaman secara terus-menerus sehingga tanaman dapat
menyerapnya setiap saat.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Sterofoam
2. Busa
3. Ember atau
wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman
mendapat suplai air dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih
menghemat air dan nutrisi.
3. Mempermudah
perawatan karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Membutuhkan
biaya yang cukup murah.
Kekurangan alat:
1. Oksigen akan
susah didapatkan tanaman tanpa bantuan alat (airstone atau pompa).
2. Akar tanaman
akan lebih rentan terjadi pembusukan.
4. Ebb
and Flow
Ebb and flow atau yang biasa dikenal dengan sistem pasang surut ini
merupakan salah satu alat hidroponik yang unik karena prinsip kerjanya yaitu
tanaman mendapatkan air, oksigen dan nutrisi melalui pompaan dari bak penampung
yang dipompa melewati media kemudian membasahi akar tanaman (pasang), kemudian
selang beberapa waktu air bersama nutrisi akan turun (surut) kembali melewati
media menuju bak penampungan. Waktu
pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai dengan kebutuhan tanaman
tersebut, jadi tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Media tanam
2. Pot/ Wadah tanaman
3. Pompa akuarium
4. Timer
5. Pipa PVC
6. Ember atau wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman
mendapat suplai air, oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Pertukaran
oksigen lebih baik karena terbawa air pasang dan surut.
3. Mempermudah
perawatan karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
Kekurangan alat:
1. Biaya alat
yang agak mahal.
2. Tergantung
kepada aliran listrik.
3. Kualitas
nutrisi yang sudah dipompakan berkali-kali tidak akan sebagus awalnya.
5. Drip
Irigation
Drip irigation
merupakan salah satu jenis alat hidroponik yang sederhana karena pada
prinsipnya hanya memberikan air dan nutrisi dalam bentuk tetesan yang menetes
secara terus-menerus sepanjang waktu. Tetesan diarahkan tepat pada daerah
perakaran tanaman agar tanaman dapat langsung menyerap air dan nutrisi yang
diberikan. Tanaman
mendapatkan nutrisi setiap saat sesuai kebutuhannya karena tetesan nutrisi
dapat diatur sehingga tidak akan menggenangi tanaman. Alat ini pada prinsipnya
sama saja dengan menyiram tanaman,
namun dilakukan secara otomatis, terus-menerus dan sesuai dosis.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Selang air
2. Pot / polybag
3. Pompa akuarium
4. Media tanam
5. Jarum suntik
6. Ember atau
wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman
mendapat suplai airdan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih
menghemat air dan nutrisi karena diberikan sedikit demi sedikit.
3.
Bisa di setting secara otomatis.
4. Biaya yang dperlukan relatif
murah.
Kekurangan alat:
1. Oksigen akan
susah didapat tanaman jika media terlalu padat.
2. Penggunaan
bak penampung tidak akan terlalu menghemat air dan nutrisi karena lebih banyak
hilang terserap tanaman, tertahan media atau penguapan.
Semoga
bermanfaat
Written
by: baranur
Sumber:
Buku
& Majalah Pertanian
Internet
No comments:
Post a Comment