Dengan
akuaponik, kebutuhan sayuran dan ikan terpenuhi dari pekarangan sendiri.
Itulah yang dirasakan H. Ramin Saaman di Kramatjati, Jakarta Timur, sejak 2005. Ia membangun 4
kolam semen masing-masing berukuran 4 m x 6 m dengan kedalaman air 40 cm. Di salah satu kolam, ia menanam
kangkung dengan pipa berukuran 3 inci yg melekat di dinding. Enam talang air sepanjang satu meter
yang berisi kangkung dan pakcoy
di topang penyangga kayu di dalam
kolam.
Ramin
memanen kedua sayuran berumur 21 hari itu dengan cara pangkas. Ia tidak
menimbang hasil panen itu, tetapi warung sayur di dekat kediamannya langsung
membeli seharga Rp. 20.000,- per talang. Dari 4 talang ia memperoleh Rp. 80.000,-
per panen. Dengan cara pangkas, ramin tidak perlu memanen ulang, sepuluh hari
berikut nya ia panen kedua, sementara panen ke 3 - 5 sepekan sekali. Setelah 5x panen barulah
Ramin menanam
ulang sayuran. Singkatnya , ia memperoleh Rp.400.000,- dari 5x panen selama 31 hari
hanya dengan sekali menanam, itu belum termasuk hasil dari kolam.
Panen Ikan
Di
dalam Kolam berisi
lebih
kurang 800 ikan,
terdiri atas nila dan
patin. Pada
bulan ke-6 pasca tebar,
Ramin panen, bobot ikan
rata-rata 0,5 kg dengan harga rata-rata Rp.15.000. Ia meraup omzet Rp
6 juta setelah 6 bulan atau rata-rata Rp1 juta per bulan. Yang istimewa ia
tidak menaburkan pellet pabrik sebagai pakan, ia hanya memberikan sayuran apkiran
dari pasar. Total
pendapatan per bulan
dari budidaya
akuaponik lebih kurang mencapai Rp1,6 juta.
Media Tanam
Prinsip
akuaponik adalah memadukan akuakultur alias budidaya ikan dan hidroponik
sayuran atau buah . “Ikan menghasilkan amonia, sementara tanaman
memerlukan nitrat dan nitrit.” Kata Prof. Jordan Hwang, praktikus akuaponik di
Taiwan. Kedua sistem itu di padukan sehingga
air bersih dari amonia dan sisa pakan. Sementara tanaman memperoleh
nutrisi dari dalam kolam. Sistem
hidroponik menjadi penyaring mekanis kotoran padat dan biologis air untuk ikan.
“Jantung” sistem akuaponik adalah bakteri
nitrifikasi. Menurut Jordan populasi bakteri menentukan efektivitas
pembersihan air dari
amonia. Rahasianya
dari pemilihan media tanam yang mampu mempertahankan populasi makhluk liliput
itu. Dalam Small-Scale Aquaponic Food Production Integrated Fish And Plant Farming,
Christopher Somerville, konsultan
bahan pangan dan pertanian dunia (FAO) menuliskan bahwa setiap 200 g pakan ikan
setara 10 kg ikan per hari
memerlukan sistem
penyaringan biologis sampai 300 liter . Christopher menganjurkan penggunaan batu pecah
seperti yang di
gunakan untuk bahan bangunan sebagai filter mekanis dan biologis sekaligus.
Dengan konstruksi akuaponik media bed (lihat Akuaponik Ajuran FAO), media batu pecah mampu
meyokong ikan hingga 20 kg tanpa perawatan rumit.
Berbeda dengan yang dilakukan Ramin, ia menggunakan media
tanam berupa kompos kasar dan cocopeat dengan bandingan 1:2 .
Kelebihan
bahan itu adalah mampu menyimpan banyak air, Ramin hanya menyalakan pompa
sirkulasi pada pagi dan sore hari. “Begitu air mengalir dari saluran keluar,
pompa saya matikan karena itu menandakan media sudah basah,” kata Ramin . Ia
tidak rutin mengganti bahan media, hanya menambah media baru ketika jumlah nya
berkurang. Menurut Dr. Yudi Sastro, S.P., M.P., Kepala Seksi Kerja Sama,
Pelayanan dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (KSPP BPTP)
Provinsi DKI Jakarta, sejati nya amonia dari kotoran ikan cukup untuk menyokong
kehidupan tanaman terutama sayuran daun. “Hitungan dasarnya, tangki air berisi
100 ikan berbobot 200-250 gr menghasilkan nutrisi yang cukup untuk sayuran daun
seluas 16 m2 . Kompos hanya menjadi penyangga kalau sewaktu-waktu
sebagian ikan di panen,” kata Doktor Mikrobiologi alumnus Universitas Gadjah
Mada itu.
Air Tidak Jernih
Pada
budidaya akuaponik, air kolam cenderung tidak jernih. Hal itu bisa dilihat pada
instalasi akuaponik dengan rak sayuran 5 tingkat yang aktif beroperasi. Rak sayuran
berisi selada dan lattuce, semantara bak fiber 0,6 m x 1,2 m dengan air
setinggi 30 cm berisi 100 lele. Rak terbuat dari talang polovinil klorida (PVC)
dengan dua ukuran: 70 cm dan 50 cm. Rak tanaman berisi pot plastik berdiameter
15 cm . Di dalam pot terdapat media tanam paduan zoelit dan kompos dari bekas
media cacing dengan perbandingan 3:1. Pompa akuarium berdaya rendah menyedot
air dari dasar bak melalui sebuah pipa PVC berdiameter ¾ inci, air naik ke rak
atas turun ke rak bawahnya demikian seterus nya sampai rak terbawah lalu
kembali ke bak fiber.
Warna
air tidak jernih dan agak kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwasannya air bebas
amonia.
Semoga
bermanfaat
Written
by: Baranur
Sumber:
Buku
& Majalah Pertanian
No comments:
Post a Comment