Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini sedang mengembangkan suweg sebagai alternatif bahan pangan bagi masyarakat. Suweg (Ammorphophallus paeonifolius) adalah jenis tanaman talas-talasan. Umbi, bagian cadangan makanan yang ada di dalam tanah serupa dengan ubi jalar, bisa diolah menjadi tepung. "Suweg bagus sekali kandungan karbohidratnya dan cocok digunakan untuk diet. Bisa juga sebagai pengganti terigu," ungkap Dra. Yuzammi, MSc. dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor.
Selama ini, suweg telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan pangan. Namun masih sebatas alternatif ketika beras atau tepung tidak tersedia atau kurang terjangkau harganya. Ini disayangkan. Pasalnya, suweg memiliki kadar serat yang tinggi sehingga bisa menjadi pengganti oatmeal. Kandungan karbohidrat pada suweg juga tinggi, mencapai 80 persen. "Karena itu, kami mengembangkan agar suweg yang tadinya menjadi makanan terpinggirkan bisa menjadi makanan kelas satu yang bisa dikonsumsi semua kalangan," jelas Yuzammi.
Fokus utama pengembangan suweg oleh LIPI saat ini adalah pada proses perbanyakannya. Umumnya, masyarakat memperbanyak suweg secara konvensional, LIPI mencoba beragam cara untuk memperbanyak suweg dengan cepat. Diharapkan produksi suweg bisa lebih banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat ketika konsumsi suweg sudah meningkat. Selain itu, LIPI juga fokus mencari varietas yang unggul. "Kami sudah screening dan menemukan empat variasi yang unggul. Dari empat ini nanti akan diseleksi lagi untuk mendapatkan satu yang unggul." Jelasnya. Keunggulan variasi, menurut Yuzami, dinilai dari kemampuan untuk diperbanyak, kandungan nutrisi, dan kandungan kalsium oksalat. Senyawa kalsium oksalat yang tinggi menyebabkan rasa gatal ketika dimakan.
Dari beberapa varietas yang dikembangkan saat ini, satu diantaranya telah diolah menjadi tepung dan dijadikan biskuit, bahkan sudah siap diproduksi tepung suweg untuk menyaingi oatmeal instan, makanan kesehatan untuk menjaga kolesterol darah tetap rendah. Menurut Didah Nur Faridah, peneliti dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, suweg memiliki kandungan serat lebih tinggi dibandingkan oatmeal sehingga sangat tepat dikonsumsi sebagai makanan. Kesehatan. "Kandungan serat suweg mencapai 15,09% sehingga tepung suweg memiliki prospek bagus untuk makanan kesehatan. Namun, sampai sekarang belum ada industri yang memproduksinya," kata Didah.
Kesulitan untuk memproduksi tepung suweg terutama disebabkan kesulitan mendapatkan pasokan bahan bakunya. Selama ini suweg belum menjadi tanaman budidaya, bahkan sebagian besar justru dianggap tanaman liar. Umbi suweg berbentuk setengah bola dengan diameter mencapai 35 sentimeter. Bobot maksimalnya bisa mencapai 15 kilogram per umbi. Menurut Didah, bagian yang dapat dimakan .sebesar 86 persen. Cara mengkonsumsi yang lazim dengan mengukus.
Ketika dijadikan tepung, suweg dapat digunakan sebagai bahan baku mi atau roti. Dijadikan bubur pun bisa. Selain kandungan serat, diuji pula indeks glikemik(IG) untuk mengetahui kecepatan bahan karbohidrat tersebut melepas glukosa ke dalam darah. Bahan pangan dengan parameter IG makin rendah akan makin baik terutama bagi penderita diabetes melitus. Patokannya, IG di bawah 55 tergolong rendah. IG pada rentang 55-70 tergolong sedang. Kemudian IG dengan angka di atas 70 tergolong tinggi. "IG pada tepung suweg mencapai 36. Ini tergolong sangat rendah karena jauh di bawah patokan IG rendah dengan angka indeks 55," kata Didah. Dengan serat pangan yang tinggi dan indeks glikemik yang rendah, tepung suweg bermanfaat untuk mencegah timbulnya kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterbl tinggi, dan kencing manis atau diabetes. "Tepung suweg memiliki fungsi sebagai hipoglikemik danhipokolesterolemik," kata Didah. (Kompas.com)
No comments:
Post a Comment