Hama ini disebut hama
putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis Guenee) karena gejala serangannya hampir menyerupai gejala serangan hama putih.
Walaupun hama putih palsu bukan hama utama, namun serangan hama putih palsu tetap akan berdampak
merugikan bagi petani.Hama ini muncul pada saat tanaman masih dalam vase vegetatif (tanaman muda)
meski tidak menutup kemungkinan juga kadang
terjadi saat tanaman sudah keluar
malai.
Hama putih palsu biasanya dijumpai pada areal tanaman padi yang dipupuk berlebihan. Ledakan populasi/ jumlah dapat terjadi pada musim tanam setelah melewati musim kemarau yang
panjang.
Gejala serangan menunjukkan
daun bergulung dan
terdapat garis-garis
putih transparan sepanjang 15 - 20 cm. Dalam setiap daun terdapat lebih dari 1 garis. Garis-garis putih transparan tersebut sejajar dengan dengan ibu tulang daun.
Kerusakan akibat serangan
larva/ ulat hama putih palsu
terlihat dengan adanya warna putih pada
daun di pertanaman. Larva makan
jaringan hijau daun dari dalam
lipatan daun meninggalkan permukaan
bawah daun yang berwarna putih. Siklus hidup hama ini berkisar 30-60 hari.
Sebelum terjadi serangan hama putih palsu biasanya diawali dengan kehadiran ngengat/ kupukupu berwarna
kuning coklat yang memiliki tiga buah pita
hitam dengan garis lengkap atau
terputus pada bagian sayap depan. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segi tiga. Jika di areal pertanaman kita kedatangan ngengat hama putih palsu
maka kita harus waspada.
Serangan hama putih palsu
jika dibiarkan biasanya akan
berhenti dengan sendirinya dan jarang
yang mengakibatkan gagal
panen. Kerusakan berarti apabila
terjadi saat padi memasuki fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai > 50%.
Pengendalian secara kultur teknik dilakukan dengan mengurangi dosis pupuk N (seperti Urea). Lakukan pemupukan berimbang antara N, P dan K. Memberantas gulma (rumput
pengganggu)
di pematang sawah. Lakukan pengeringan untuk mengurangi kelembaban udara sekitar padi.
Sementara, untuk
pengendalian hayati dengan musuh alami.
Tingkat kematian yang tinggi yang sering terjadi di lapangan merupakan akibat dari aktivitas musuh alaminya.
Musuh alami dapat
menyerang hama putih palsu mulai dari fase
telur hingga fase dewasa
(imago/ngengat).
Diantara musuh alami hama putih palsu yaitu parasit telur berupa tabuhan Apanteles ruficrus, parasit ulat (larva) Melcha maculiceps dan parasit
kepompong (pupa) Brachymeria sp.
Jika hama telah menyerang sampai pada ambang batas ekonomi maka baru diperlukan pengendalian menggunakan insektisida kimiawi. Aplikasi insektisida yang digunakan antara lain yaitu: Kiltop 50 EC, Marshal 200 EC,
Tomafur 3 G, Bancol 50 WP, Bassa 500 EC, Currater 3 G, Dharmafur 3 G, Furadan 3 G, Sidafur 3 G, Sidabas 500 EC, Indobas
500 EC, Sidacin 50 WP, Mipcin 50 WP, Tomafur 3 G, Kempo 400 SL. Tidak disarankan menggunakan insektisida sampai tanaman berumur 30 HST
atau 40 hari sesudah sebar benih.
Semoga bermanfaat
Sumber:
Buku dan majalah Pertanian
No comments:
Post a Comment