Tuesday 29 November 2016

Akuaponik menurut anjuran FAO




Badan pangan dan pertanian dunia memandang akuaponik sebagai jawaban atas kebutuhan gizi masyarakat di negara miskin atau usai di landa perang seperti Bostwana . Ethiopia , Jamaika, Libya, atau Palestina. Sistem akuaponik selain irit lahan dan irit air juga efektif. FAO pun menerbitkan Small Scale Aquaponic Food Prodiction – Imtegrated Fish And Plant Farming yang disusun oleh Christoper Somerville, konsultan FAO asal Irlandia dan rekan-rekannya dari Israel dan Italy.

Mereka merekomendasikan kontruksi media bed yang terdiri atas satu tangki ikan berukuran 100 cm x120 cm setinggi 100 cm dan tiga bak tanaman berukuran 100 cm x 120 cm setinggi 40 cm. Air dari tangki ikan mengalir ke bak tanaman melalui lubang pelimpasan setinggi 80 cm dari dasar tangki. Air mengucur ke bak tanaman, menggenangi media tanam hingga batas zona kering, lalu terbuang ke bak pengumpul. Mekanisme pembuangan air bell siphon meningkatkan kecepatan air sehingga kadar oksigen terlarut meningkat.

Gambar 1

Bell siphon alias auto siphon membuat tonggi bak media tanam terbagi menjadi 3 zona, yaitu zona kering, zona basah kering, dan zona basah. Saat air dari tangki ikan mengisi bak media sam pai batas zona kering, air segera tersedot ke pipa pembuangan dan meluncur ke bak pengumpul. Permukaan air di bak tanaman turun sampai batas zona basah. Selanjutnya air kembali naik sampai batas zona kering dan proses penyimpanan kembali berulang.

Sebuah pompa menaikkan air dari bak pengumpul kembali ke tangki ikan. Sistem ini efektif karena hanya menggunakan sebuah pompa, sisanya mengandalkan gravitasi. Christopher menganjurkan menggunakan media tanam batu pecah, karena praktis, murah, dan mudah diperoleh di mana-mana. Media batu pecah mudah di bilas dan awet. Sudah begitu, permukaan kasar batu pecah cocok untuk perkembangbiakan bakteri nitrifikasi.

Gambar 2

Menurut Christopher, luas permukaan 1 m3 batu pecah berdiameter 8-20 mm mencapai 300 m2. Batu berukuran kurang dari itu bakal menyumbat sistem siphon, sedangkan batu yang berukuran lebih besar mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga kurang efektif untuk perkembangan bakteri nitrifikasi. Kelebihan lain, batu pecah juga mampu menahan tanaman agar tidak roboh sehingga tanaman bisa langsung di tanam di media tanpa harus menggunakan netpot. Tingkat pH batu pecah pun netral.

Kelemahannya, batu pecah tidak menyerap air, bobotnya terbilang cukup berat, dan bentuknya tidak beraturan sehingga rapat massa per satuan volume tidak bisa dipastikan.

Semoga bermanfaat

Written by: Baranur

Sumber:
Buku & Majalah Pertanian


1 comment:

Budidaya Tanaman Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah sayuran paling mudah diolah. Tidak perlu dimasak atau ditumis, cukup dicuci atau dikupas, dimakan ment...