Saturday 4 March 2017

Budidaya Tanaman Mentimun


Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah sayuran paling mudah diolah. Tidak perlu dimasak atau ditumis, cukup dicuci atau dikupas, dimakan mentah pun jadi. Sayuran ini sangat mudah berdaptasi asal dirawat dengan baik.

Syarat Pertumbuhan
Iklim
Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 – 26,7)°C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 – 1.200 mdpl.
Media Tanam
Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.

Pembibitan
Mentimun biasa ditanam dari biji.

(images)

Biji Mentimun

Rendam benih/biji dalam larutan Pupuk Organik Cair dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polybag sedalam 0,5-1 cm. Siramkan air dalam polybag, lalu masukkan biji mentimun 1 atau 2 butir ke dalam lubang kecil yang kita buat. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.

Penanaman
Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan. Berikan kalsit/dolomit jika pH tanah terlalu asam atau basa. Siapkan lahan dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu. Keluarkan bibit bersama medianya dari polybag. Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.

Pemeliharaan
Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik. Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan). Mentimun termasuk tanaman merambat. Setelah batangnya mulai setinggi 15 cm, mulailah menancapkan tiang rambatan di dalam pot. Pakai saja bambu kecil atau ranting kayu yang diambil dari pohon di sekitar kalian. Pemasangan ajir bisa dilakukan pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman. Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.

(images)

Tunas Mentimun

Tahukah kalian, karena bunga mentimun itu menyerupai terompet yang pendek, lebah-lebah biasanya memasukkan tubuhnya hingga ke dalam bunga. Simbiosis mutualisme pun terjadi. Ketika lebah mengambil sari bunga mentimun, si bunga mendapatkan bantuan untuk menyerbuki putik. Itulah yang menyebabkannya berbuah.

(images)

Bunga Mentimun

Mentimun yang Mulai merambat dan berbunga

Pengairan
Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.

Pemupukan
Pemakaian pupuk Mikro (pupuk organik) + pupuk Makro (pupuk kimia) secara berimbang sangat penting, sebagai syarat tumbuh tanaman supaya tetap bisa bertahan berbuah di luar musim sepanjang tahun. Ibaratnya, tanaman juga perlu makan Nasi (pupuk Makro) + makan lauk pauk, sayuran, ikan (pupuk mikro) supaya sehat sempurna.

(images)

Mentimun suka dengan sinar matahari langsung. Di ruang terbuka mentimun bebas menyerap sinar matahari, batangnya tidak menjadi busuk dan tumbuhan bisa melakukan fotosintesis dengan baik.










Mentimun mulai berbuah


Tuesday 28 February 2017

Ragam Hama Tanaman_Hama Penggerek (bagian 1 dari 7)


1. Hama Penggerek Batang Padi

Hama Penggerek batang padi merupakan hama penting tanaman padi karena jika menyerang fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan dan jika menyerang fase generatif hama ini secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen. Kenapa disebut penggerek? Karena sifat dari hama ini yaitu merusak bagian tanaman padi dengan cara melubangi dengan menggunakan bagian tubuhnya.

Terdapat empat spesies hama penggerek batang padi yaitu:
1. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas)
2. Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
3. Penggerek batang padi bergaris (Chilo supressalis)
4. Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens)

Imago aktif pada malam hari dan terbang kesawah untuk meletakkan telur. Pada siang hari mereka hanya berdiam diri dan bersembunyi dibalik daun padi atau gulma disekitar tanaman. Penggerek batang padi mampu terbang sejauh 2 km. Imago sangat tertarik pada cahaya dan mudah tertangkap oleh lampu perangkap saat malam gelap. Betinanya mampu bertelur hingga 200-300 butir dalam masa hidupnya selama 4 hari.

Telur diletakkan berkelompok, terdiri dari 5-200 butir per kelompok pada daun atau seludang daun. Bentuk telur, kelompok telur, dan tempat meletakkan telur bervariasi sesuai dengan spesiesnya.
Larva yang baru ditetaskan sering menggantungkan tubuhnya pada daun padi dengan benang sutera dan bila tertiup angin akan berpindah ke tanaman lainnya. Mereka kadang-kadang juga membuat tabung dari potongan daun, lalu menjatuhkan diri ke air dan berenang ke tanaman lain. Larva muda memakan daun atau seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya masuk keseludang daun dan makan diantara seludang daun dan tangkai malai beberapa hari sebelum masuk kedalam batang. Larva yang lebih tua masuk kedalam batang dan makan pada bagian dalam batang di dekat pangkalnya. Larva instar terakhir didalam batang dapat bergerak turun kebawah permukaan tanah untuk berdiapose kalau keadaan tidak menguntungkan.

Pupa terbentuk didalam batang beberapa centimeter dibawah permukaan tanah. Imago keluar dari pupa dan merangkak keluar dari lobang keluar yang telah dibuat sebelumnya oleh larva sebelum menjadi pupa.

Kalau serangan terjadi pada vase vegetatif maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut sebagai SUNDEP. Kalau serangan terjadi pada fase generatif, maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala serangan pada tahap ini disebut BELUK.

Di Indonesia Penggerek Batang Padi merupakan salah satu hama utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil. Sampai saat ini di Indonesia telah dikenal enam jenis penggerek batang padi, yaitu:
1. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker (Pyralidae)),
2. Penggerek batang padi putih (S. innotata Walker (Pyralidae)),
3. Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens Walker (Noctuidae),
4. Penggerek batang padi bergaris (Chilo suppressalis Walker (Pyralidae)),
5. Penggerek padi berkepala hitam (C. polychrysus Meyrick (Pyralidae)), dan
6. Penggerek padi berkilat (C. auricilius Dudgeon (Pyralidae)).

Penggerek S. incertulas merupakan jenis yang paling luas penyebarannya dan paling dominan di Jawa, Bali, Lampung dan Kalimantan Selatan, kemudian diikuti oleh jenis S. inferens, C. suppressalis dan S. innotata.

Penggerek batang padi mempunyai daerah sebar yang luas. Penyebaran penggerek ini terutama di daerah tropika dengan aktivitas ngengat penggerek mencapai puncaknya pada suhu 21,6 - 30,6 OC, dengan kelembaban nisbi 82,7 % dan peletakkan telur mencapai maksimum pada hari-hari hujan dengan suhu tinggi.

Angin membantu penyebaran ngengat dan larva. Larva yang baru keluar dari telur menggantungkan diri dengan benang sutera halus pada daun padi sebagai alat pindah ke pertanaman lainnya. Pada daerah dimana terdapat pola pertanaman padi lebih dari satu kali setahun, hama ini menjadi penting artinya karena periode tersedianya makanan yang cukup panjang.


Writed by Baranur

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com

Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi


Seperti kita ketahui tanaman padi saat musim kemarau sangat rentan terhadap serangan hama penggerek batang. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya populasi hama penggerek batang ini. Perkembangan hama penggerek batang ini akan semakin pesat ketika didukung oleh cuaca yang panas dan kondisi air yang tergenang.
Kalau kita perhatikan sebenarnya serangan hama penggerek batang ini sudah mulai saat tanaman padi berada di pesemaian. Tetapi saat di pesemaian belum menunjukkan gejala yang jelas sehingga petani kurang waspada terhadap hama tersebut.

Telur, larva dan pupa yang berada dipesemaian akan terbawa ke pertanaman padi dan akan menunjukkan gejala ambles/tanaman mati/tanaman hilang saat tanaman umur 15-30 hari. Hal ini dicirikan dengan tanaman padi yang busuk dan mati, anakan semakin sedikit, bahkan tanaman padi bisa hilang ketika umur muda. Saat tanaman padi umur 30- 45 gejala ditunjukkan dengan menguningnya daun muda tanaman padi (kadang layu/menggulung) dan mudah dicabut (sundep). Gejala ini akan berlanjut ketika tanaman memasuki vase generatif dengan gejala adanya malai tanaman padi yang tegak dan mudah dicabut karena bulirnya tidak berisi (beluk).

Ada beberapa cara Pengendalian Hama Penggerek Batang Secara Terpadu yang dilakukan Pada Daerah Serangan Endemik
1) Pengaturan Pola Tanam
* Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi
* Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama
* Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertamaĆ¼ dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya.

2) Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
* Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di persemaian dan di pertanaman
* Fisik yaitu dengan penyabutan tanaman serendah mungkin dan penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati

3) Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid : Trichogramma japonicum: dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman)

4) Pengendalian Secara Kimiawi
* Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau intensitas serangan rata-rata > 5% sundep.
* Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam dengan dosis 2 gram insektisida granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas persemaian)]
* Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan insektisida butiran berbahan aktif : Carbofurant (Sidafur 3GR) dosis 20 kg insektisida granule/ha
* Disemprot dengan insektisida berbahan aktif seperti Dimehipo (Sidatan), Amitraz (Mitac), Fipronil (Fipros).

Adapun cara pengendalian terhadap hama penggerek batang ini bisa dilakukan pada saat persemaian. Karena serangan hama penggerek batang ini dimulai sejak di persemaian maka kita pun dalam mengendalikan hama ini harus dimulai dari pesemaian. Memang cara ini instan dan sedikit bertentangan dengan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu, tapi apa boleh buat. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah:
1. Gunakan benih padi yang tahan terhadap serangan hama ini (misal: cipunegara, cisokan, situbagendit dan IR 64)
2. Penerapan kultur tehnis (tanam serentak) jerami dipotong pendek atau dibakar, pemberian N yang tidak berlebihan, pergiliran tanaman, membenamkan tunggak.
3. Aplikasi insektisida seedtreatmen pada benih sebelum tanam (merendam benih dengan regent, cruiser dll)
4. Saat persemaian umur 5 hari aplikasikan insektisida granule (regent G atau furadan)
5. Ketika pesemaian berumur 18 hari dan siap tanam semprot dengan insektisida (spontan, regent, virtako, dll)
6. Saat aplikasi pemupukan dasar/pertama campur dengan insektisida granule sesuai dengan dosis rekomendasi. Disarankan pakai regent atau wingran saja karena lebih ramah lingkungan.
7. Ketika tanaman padi berumur 20 dan 40 hst semprot dengan insektisida pengendali hama penggerek batang (spontan, virtako, regent, panser, trisula dll)
Dengan menggabungkan cara pengendalian tersebut diharapkan akan mempersempit ruang hidup bagi hama penggerek batang pada tanaman padi kita. Yang perlu diperhatikan adalah dalam menggunakan insektisida hendaknya yang selektif, gunakan insektisida yang benar-benar direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek batang pada tanaman padi. Selain itu dalam menggunakannya juga harus sesuai dengan dosis dan konsentrasi anjuran.


Writed by Baranur

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com

Sunday 26 February 2017

Pengendalian Hama Sundep dan Beluk


Hama endemis ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman dengan ketinggian 200 meter diatas pemukaan laut dengan curah hujan (kurang dari 200 mm).

Tanda-tanda hama ini dimulai dengan melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu keell berwarna putih pada sore dan malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini melakukan terbang sekitar dua minggu, menuju daerah-daerah persemaian tanamaan padi. Selanjutnya telur-telur (170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang masih muda dan akan menetes menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu. Ulat S.Innotata selain mampu mewujudkan serangan hama sundep, mampu pula mewujudkan serangan hama beluk. Penyerangan ini dikenal dengan nama "Hama Sundep" dan "Hama Beluk",

Perbedaan Hama Sundep dan Hama Beluk.
Hama Sundep
Hama Beluk
Menyerang daun padi muda.  menguning dan mati. Walaupun batang padi bagian bawah masih hidup atau membentuk anak tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru tidak terjadi. Menyerang titik tumbuh tanaman padi yang sedang bunting sehingga buliran padi keluar, berguguran, gabah-gabah kosong dan berwarna keabu-ahuan.
Sumber: Kartasapoetra (1993)

Selain itu gejala serangan Sundep terjadi pada fase vegetatif dimana daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala serangan Beluk terjadi pada fase generatif, hal ini bisa dilihat malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva.

Sejak tahun 1912, penggerek batang padi putih dinyatakan sebagai jenis hama padi yang paling merusak di Pulau Jawa. Selama periode 40 tahun (1900 - 1940) tercatat terjadi eksplosi penggerek padi putih sebanyak 9 kali, kemudian eksplosi yang cukup luas terjadi lagi pada tahun 1990 di Jawa Barat, yakni di kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang.

Angin membantu penyebaran ngengat dan larva. Larva yang baru keluar dari telur menggantungkan diri dengan benang sutera halus pada daun padi sebagai alat pindah ke pertanaman lainnya. Pada daerah dimana terdapat pola pertanaman padi lebih dari satu kali setahun, hama ini menjadi penting artinya karena periode tersedianya makanan yang cukup panjang.

Untuk membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
  1. Petani menyebarkan bibit-bibit tanaman padi di persemaian setelah tahu jadwal invasi serangan ulat-ulat ini diperkirakan telah selesai.
  2. Penanaman padi yang memiliki daya regenerasi yang tinggi.
  3. Menghancurkan telur-telur S. innotata yang teradapat dilingkungan persemaian dan membunuh larva-larva yang baru menetas.
  4. Melakukan tindakan preventif dengan penyemprotan persemaian menggunakan insektisida yang resistensi.
  5. Bibit-bibit tanaman padi yang akan disemai dicelupkan dalam herhisida.
  6. Setelah invasi S. innotata dilakukan penyemprotan insektisida yang mematikan telur dan larva.
  7. Crop rotation (pergiliran tanaman), setelah penanaman padi batang atau jeraminya harus dibenamkan kedalam tanah/lumpur.
  8. Menarik perhatian S. innotata menggunakan perangkap jebak berwarna atau lampu petromaks. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
* Ketika terlihat banyak kupu-kupu yang bertebaran disawah, siapkan petromaks.
* Siapkan pula nampan seng sebagai tempat petromaks.
* Cari oli bekas, yang baru beli juga boleh. Nggak tergantung merk.
* Nyalakan lampu petromax. Harus malam hari. Tidak bisa siang hari.
* Letakkan lampu diatas nampan yang telah diberi oli bekas.
* Kupu-kupu sundep yang cuma muncul dimalam hari akan tertarik pada cahaya lampu, dan akan menempel pada lapisan oli di nampan seng.


Writed by Baranur

Saturday 25 February 2017

Pengendalian HPT Tanaman Pangan (Bagian 3 dari 5)


Pengendalian HPT Padi Sawah

Hama pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan. suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi terhadap produksi padi. Sebagai praktisi di hidang hama dan penyakit tanaman. kita dapat memainkan peran dengan memberikan gambaran dan penyuluhan tentang hama-hama pada tanaman padi.

Hama-hama tanaman padi menurut Kartasapoetra (1993) terdiri dari :

1. Hama Sundep/ Beluk (Scirpophaga innotata)
Hama endemis ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman dengan ketinggian 200 meter diatas pemukaan laut dengan curah hujan (kurang dari 200 mm).

2. Ulat Penggerek (Scahunobius bipunctifer)
Gangguan dan kerusakan pada tanaman padi di daerah pegunungan, daya pengrusakannya tertuju pada bagian-bagian pucuk tanamaan sehingga mematikan tanaman padi.

3. Hama Putih (Nymphula depunctalis)
Menyerang dan bergelantungan pada daun padi sehingga berwarna keputih-putihan, bersifat semi aquatil (menggantungkan hidup pada air untuk bernafas).

4. Wereng Coklat (Nilapervata Lugens)
Hama ini selalu menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir-bulir buah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan tidak terarah, berwarna coklat, berukuran 3-5 mm, habitat ditempat lembab, gelap dan teduh.

Gejala serangan: menyerang mulai persemaian sampai panen, mengakibatkan layu pada daun dan mengering, menggunakan gulma sebagai tempat berlindung, dan sebagai vektor virus.


5. Wereng Hijau (Nephotettix apicalis)
Merusak kelopak-kelopak dan urat-urat daun padi dengan alat penghisap pada moncong yang kuat.

6. Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Binatang ini berbau, hidup bersembunyi direrumputan, tuton, paspalum, alang-alang sehingga berinvasi pada tanaman padi muda ketika bunting, berhunga atau berbuah.

7. Lembing Hijau (Nezara viridula)
Berkembang pada iklim tropis, hidupnya berkoloni, betina berukuran kecil (16 mm) dengan 1100 telur selama hidupnya, lama penetasan 6-8 minggu, jantan berumur 6 bulan. Serangannya tidak sampai menghampakan padi, tetapi menghasilkan padi berkualitas jelek (goresan-goresan membujur pada kulit gabah dan pecah apabila dilakukan penggilingan/penumbukkan). Pembasmian hama dilakukan menggunakan insektisida sesuai aturan (Tjoe Tjien Mo,1953).

8. Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Berkembang di daerah persawahan di Negara RRC, India dan Asia Tenggara. Menyerang tanaman padi yang penanamannya terlambat. Menempatkan telur-telumya pada kelopak daun padi, larva-larva bergerak menuju dan memasuki batang-batang padi, daun-daun membantuk kelongsong sehingga padi mati. Pembasmiannya dilakukan mengurangi pengairan di sawah (padi jangan sampai terendam), menggunakan lampu petromaks, pembinasaan dan penyemprotan insektisida dengan dosis tepat secara teratur (Tjoe Tjien Mo,1953).

Selain hama yang telah disebutkan, Tikus dan Burung merupakan hama yang bisa menyebabkan kerugian dan menurunnya produksi hasil budidaya Tanaman Padi.

Writed by Baranur

Sumber:
Tjoe Tj len Mo. 1953. Memberantas Hama Padi. Jakarta.


Wednesday 22 February 2017

Kebutuhan Benih Padi dan Ciri Benih Padi Bermutu


Dalam proses budidaya tanaman Padi, benih merupakan salah satu hal pokok yang harus dipersiapkan. Benih padi yang biasa digunakan oleh para pembudidaya ada 3 macam, yaitu Hibrida, Unggul, dan Lokal.

Kebutuhan Benih Padi Unggul dan Lokal
Untuk memudahkan perhitungan, pemerintah telah membuat anjuran atau rekomendasi dalam pelaksanaan budidaya dengan menggunakan jenis benih Unggul dan Lokal, bahwa untuk 1 ha lahan diperlukan sekitar 25 kg benih. Mengapa angka 25 kg jadi patokan? akan di uraikan atau di jelaskan dibawah ini

Dalam 1 ha itu artinya luasan 10.000 m2. Atau untuk mudahnya 1 ha itu 100 m x 100 m
100 m = 10,000 cm

Bila jarak tanam 25 x 25 cm, jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
=> 10.000 cm/25cm x 10.000 cm/25cm =
=>        400               x        400               =
=>  160.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 160.000 = 480.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.

Maka : 27/ 1000 x 480.000 = 12.960 g atau 12,96 kg atau kita bulatkan jadi 13 kg
Kok sedikit? bukannya rekomendasinya 25 kg?, itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.

Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhnya 90 % saja maka ada 10 % yang tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti Serangga, tikus, burung, keong dll serta penyakit tanaman yang harus kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka. Jadi total yang hilang 2,5 + 3,5 kg = 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 25 x 25 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (13 + 6) kg = 6 kg

Bila jarak tanam 20 x 25 cm,
Jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
=> 10.000 cm/20cm x 10.000 cm/25cm =
=>        500               x        400               =
=> 200.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 200.000 =600.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.

Maka: 27/ 1000 x 600.000 = 16.200 g atau 16,2 kg

Jumlah benih lebih banyak. itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.
Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhya 90 % saja maka ada 10 % yanga tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti tikus, burung, keong dll kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka. Total yang hilang 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 20 x 25 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (16,2 + 6) kg = 2,8 kg ( jarak tanam ini yang mendekati rekomendasi dari kementan )

Kebutuhan Benih Padi Hibrida
Metode pembenihan Benih Padi Hibrida sedikit berbeda dengan pembenihan menggunakan Benih Padi Unggul dan Lokal. Bahkan dalam budidaya Padi dengan menggunakan Padi Hibrida ada beberapa jenis Padi Hibrida hanya menggunakan  2-5 Kg Benih padi per Ha. (bersambung)

Ciri Benih Padi Bermutu
Padi disebut benih bila masih dalam bentuk gabah, sedangkan bibit adalah gabah yang telah tumbuh, bisa di areal persemaian atau di tempat lainnya seperti di tanam di besek, di ember dll.

Jadi untuk Benih bermutu di sini, kita melihat dari segi gabahnya. Jadi Ciri-ciri benih bermutu adalah:
1. Benih tersebut diketahui varietasnya dan bersertifikat atau berlabel.
2. Tingkat kemurniannya mencapai 98%.
3. Daya tumbuhnya di atas 80%.
4. Bernas dan seragam.
5. Potensi hasilnya tinggi.
6. Sehat artinya bebas dari infeksi jamur dan bersih dari hama . dll

Sehingga apabila benih bermutu tersebut ditanam akan menghasilkan bibit bermutu dengan ciri-ciri sebagai berikut:
• Pertumbuhan bebit seragam.
• Menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
• Ketika bibit dipindah, tumbuh lebih cepat, kokoh dan menghijau
• Tahan hama dan penyaakit
• Produktivitas tinggi, sehingga meningkatkan pendapatan petani.
• dll

Tuesday 21 February 2017

Pertanian Organik sebagai Metode Bertani Masa Depan (bagian 3 dari 3)


Penutup
Teknik Budidaya Organik merupakan bagian dari kegiatan agribisnis harus berorientasi pada permintaan pasar. Paradigma agribisnis : bukan Bagaimana memasarkan produk yang dihasilkan, tapi Bagaimana menghasilkan produk yang dapat dipasarkan. Terkait dengan itu, teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul. Usaha budidaya organik tidak bisa dikelola asal-asalan, tetapi harus secara profesional. Ini berarti pengelola usaha ini harus mengenal betul apa yang dikerjakannya, mampu membaca situasi dan kondisi serta inovatif dan kreatif. Berkaitan dengan pasar (market), tentunya usaha agribisnis harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan berlanjut, agar produk yang telah dikenal pasar dapat menguasai dan mengatur pedagang perantara bahkan konsumen dan bukan sebaliknya.

Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterakan petani dan konsumen. Berbagai sayuran khususnya untuk dataran tinggi, yang sudah biasa dibudidayakan dengan sistem pertanian organik, diantaranya : Kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.), Brokoli (Brassica oleraceae var. italica Plenk.), Bunga kol (Brassica oleraceae var. brotritys.), Andewi (Chicorium endive), Lettuce (Lactuca sativa), Kentang (Solanum tuberosum L.), Wortel. (Daucus carota). Sayuran ini, mengandung vitamin dan serat yang cukup tinggi, juga mengandung antioksidan yang dipercaya dapat menghambat sel kanker. Semua jenis tanaman ini ditanam secara terus menerus setiap minggu, namun ada juga beberapa jenis tanaman seperti kacang merah (Vigna sp.), kacang babi (Ficia faba), Sawi (Brassica sp) yang ditanam pada saat tertentu saja sekaligus dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pengalih hama.

Ada juga tanaman lain yang ditanam untuk tanaman reppelent (penolak) karena aromanya misalnya Adas. Dalam upaya penyediaan media tanam yang subur, penggunaan pupuk kimia juga dikurangi secara perlahan. Untuk memperkaya hara tanah, setiap penanaman brokoli selalu diberi pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha.

Pada saat ini satu dari empat orang Amerika mengkonsumsi produk organik. Di USA, laju pertumbuhan produk organik sangat luar biasa, yakni lebih dari 20 % setiap tahunnya dalam sepuluh tahun terakhir ini, dan hal tersebut membuat pertanian organik tumbuh sangat cepat dalam mengisi sektor ekonomi (Wood, Chaves dan Comis, 2002).

Dalam era globalisasi, pasar sayuran organik sangat terbuka dan saat ini Australia telah mengambil peluang ini dengan mengekspor sayuran organik ke pasar Amerika, beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman dan Perancis, Jepang, juga ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singpura (McCoy, 2001). Keadaan ini juga dicermti negara Asia seperti Thailand yang sejak tahun 1995 telah mengeluarkan standarisasi dan sertifikasi tentang produk organik (ACT, 2001).

Peluang Indonesia menjadi produsen pangan organik dunia, cukup besar. Disamping memiliki 20% lahan pertanian tropic, plasma nutfah yang sangat beragam, ketersediaan bahan organik juga cukup banyak. Namun menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement) Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0.09%) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih diperlukan berbagai program yang saling sinergis untuk menghantarkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik terkemukaIndonesia yang beriklim tropis, merupakan modal SDA yang luar biasa dimana aneka sayuran, buah dan tanaman pangan hingga aneka bunga dapat dibudidayakan sepanjang tahun.

Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi. Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pestisida sintetik sebagai satu-satunya cara pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya hama dan penyakit tumbuhan.
Seperti diketahui, terdapat sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari berbagai tanaman budidaya. Alasan petani memilih pestisida sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, dan banyak tersedia di pasar.

Cara-cara lain dalam pengendalian OPT selain pestisida sintetik, pestisida biologi dan botani antara lain yaitu cara pengendalian menggunakan musuh alami, penggunaan varietas resisten, cara fisik dan mekanis, dan cara kultur teknis.

Masih banyak bentuk kearifan lokal yang bisa digali kembali di Indonesia dalam rangka bertani selaras alam atau ramah lingkungan. Secara empiris bahkan tanpa pupuk anorganik pun produksi bisa tetap tinggi. Jika tingkat standar produksi nasional dengan pupuk anorganik sekitar 4,5 – 5 ton/ ha, dengan sistim pertanian organik walau lahan tsb dikelilingi lahan ber-anorganik bisa dicapai tingkat produksi 9-10 ton/ha. Kekurang unsur N dan P dapat diatasi dengan cara memberikan 2 tahap pemupukan (sebelum dan setelah tanam).  Bahkan dalam uji coba skala ubinan 2,5 x 2,5 meter dgn sistim “Tanam padi sabatang” di Sumbar dgn pola PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dan OST (Organic Soil Treatment) yg benar bisa dicapai tingkat produksi 15 ton/ha  Satu rumpun padi dengan pola konvensionalo 25-30 batang/rumpun, dengan sistim organik bisa berjumlah 150-170 batang padi produktif. Kita harus punya motto: “Jika kita bisa memulihkan kembali tanah yang subur seperti dahulu, kenapa tidak dilakukan dari sekarang. Sehingga, bumi pun akan bernafas lebih lega.”

Writed & Edited by Baranur

Budidaya Tanaman Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah sayuran paling mudah diolah. Tidak perlu dimasak atau ditumis, cukup dicuci atau dikupas, dimakan ment...