Friday 25 November 2016

Hama Putih Palsu




Hama ini disebut hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis Guenee) karena gejala serangannya hampir menyerupai gejala serangan hama putih.

Walaupun hama putih palsu bukan hama utama, namun serangan hama putih palsu tetap akan berdampak merugikan bagi petani.Hama ini muncul pada saat tanaman masih dalam vase vegetatif (tanaman muda) meski tidak menutup kemungkinan juga kadang terjadi saat tanaman sudah keluar malai.

Hama putih palsu biasanya dijumpai pada areal tanaman padi yang dipupuk berlebihan. Ledakan populasi/ jumlah dapat terjadi pada musim tanam setelah melewati musim kemarau yang panjang.

Gejala serangan menunjukkan daun bergulung dan terdapat garis­-garis putih transparan sepanjang 15 - 20 cm. Dalam setiap daun terdapat lebih dari 1 garis. Garis-garis putih transparan tersebut sejajar dengan dengan ibu tulang daun.

Kerusakan akibat serangan larva/ ulat hama putih palsu terlihat dengan adanya warna putih pada daun di pertanaman. Larva makan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Siklus hidup hama ini berkisar 30-60 hari.

Sebelum terjadi serangan hama putih palsu biasanya diawali dengan kehadiran ngengat/ kupu­kupu berwarna kuning coklat yang memiliki tiga buah pita hitam dengan garis lengkap atau terputus pada bagian sayap depan. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segi tiga. Jika di areal pertanaman kita kedatangan ngengat hama putih palsu maka kita harus waspada.

Serangan hama putih palsu jika dibiarkan biasanya akan berhenti dengan sendirinya dan jarang
yang mengakibatkan gagal panen. Kerusakan berarti apabila terjadi saat padi memasuki fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai > 50%.

Pengendalian secara kultur teknik dilakukan dengan mengurangi dosis pupuk N (seperti Urea). Lakukan pemupukan berimbang antara N, P dan K. Memberantas gulma (rumput pengganggu)
di pematang sawah. Lakukan pengeringan untuk mengurangi kelembaban udara sekitar padi.

Sementara, untuk pengendalian hayati dengan musuh alami. Tingkat kematian yang tinggi yang sering terjadi di lapangan merupakan akibat dari aktivitas musuh alaminya.
Musuh alami dapat menyerang hama putih palsu mulai dari fase telur hingga fase dewasa (imago/ngengat).

Diantara musuh alami hama putih palsu yaitu parasit telur berupa tabuhan Apanteles ruficrus, parasit ulat (larva) Melcha maculiceps dan parasit kepompong (pupa) Brachymeria sp.

Jika hama telah menyerang sampai pada ambang batas ekonomi maka baru diperlukan pengendalian menggunakan insektisida kimiawi. Aplikasi insektisida yang digunakan antara lain yaitu: Kiltop 50 EC, Marshal 200 EC, Tomafur 3 G, Bancol 50 WP, Bassa 500 EC, Currater 3 G, Dharmafur 3 G, Furadan 3 G, Sidafur 3 G, Sidabas 500 EC, Indobas 500 EC, Sidacin 50 WP, Mipcin 50 WP, Tomafur 3 G, Kempo 400 SL. Tidak disarankan  menggunakan insektisida sampai tanaman berumur 30 HST  atau 40 hari sesudah sebar benih.

Semoga bermanfaat

Sumber:
Buku dan majalah Pertanian

No comments:

Post a Comment

Budidaya Tanaman Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah sayuran paling mudah diolah. Tidak perlu dimasak atau ditumis, cukup dicuci atau dikupas, dimakan ment...