Friday, 16 December 2016

Metode Bertanam Aeroponik - Pengantar


Aeroponik merupakan salah satu sistem bercocok tanam  di udara. Beberapa pekebun sayuran mulai mencoba menerapkannya. Baik dalam skala kecil maupun komersil. Setelah dianalisis, meski investasi awal cukup tinggi, tetapi biaya operasional lebih hemat.

Keunggulan aeroponik tersebut telah dirasakan Toni H. Saputra. “Hasilnya bagus, populasi sayuran lebih banyak, dan tak harus membangun greenhouse,” ujar pekebun yang pernah mencoba aeroponik lettuce, pakcoy, dan kailan. Ir.Purwantono, staf PT daya Sentosa Rekayasa sependapat dengan Toni. “Meski investasi awal mahal, tetapi hasilnya lebih bagus, biaya operasional lebih irit, dan mudah panennya.” Biaya investasi awal (pada tahun 1999) sekitar Rp. 32.000,-/m2. Terutama untuk bak penanaman dan sistem irigasinya.

Untuk biaya operasional, lantaran irigasi diatur timer, maka biaya tenaga kerja lebih hemat.Cara pemanenan pun mudah. Tanaman dewasa tinggal dicabut seluruhnya tanpa takut merusak bentuk. Waktu panen yang diperlukan menjadi lebih singkat.
Contoh gambarannya, bak seluas 4 m x 2 m, bisa memuat hampir 300 tanaman. Lantaran skala kecil, diatas bak tersebut langsung dipasang tiang kayu berlapis kain kasa. Dengan demikian ia tidak perlu membangun greenhouse karena tanaman telah terlindungi. Rata-rata sayuran yang dihasilkan sekitar 250 gr - 300 gr per tanaman. Total produksi 300 tanaman sekitar 75 Kg selama 30 hari tanam.

Aeroponik termasuk jenis alat yang cukup mahal karena membutuhkan bahan-bahan yang mahal, namun prinsip kerjanya sederhana yaitu air dan nutrisi yang akan diserap tanaman diberikan dalam bentuk butiran kecil atau kabut. Pengkabutan ini berasal dari pompa dari bak penampungan yang disemprotkan menggunakan nozzel sehingga nutrisi yang diberikan akan lebih cepat terserap akar tanaman.

Penyemprotan dilakukan berdasarkan durasi waktu yang diatur menggunakan timer. Penyemprotan dilakukan ke bagian akar tanaman yang sengaja digantung. Air dan nutrisi yang telah disemprot akan masuk menuju bak penampungan untuk disemprotkan kembali.

Alat-alat yang dibutuhkan:
1.   Plastik
2.   Sterofoam
3.   Pompa akuarium
4.   Nozzel
5.   Pipa PVC
6.   Ember atau wadah air

Kelebihan alat:
1.   Tanaman mendapat suplai air, oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus.
2.   Lebih menghemat air dan nutrisi.
3.   Mempermudah perawatan karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4.   Nutrisi lebih mudah diserap tanaman karena diberikan dalam ukuran kecil.

Kekurangan alat:
1.   Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
2.   Alat ini sangat bergantung pada listrik, jika tidak ada aliran listrik maka alat ini tidak bisa bekerja.


Sumber:
·      Majalah Trubus No.359, edisi Oktober 1999
·      Buku dan Majalah Pertanian


No comments:

Post a Comment

Budidaya Tanaman Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah sayuran paling mudah diolah. Tidak perlu dimasak atau ditumis, cukup dicuci atau dikupas, dimakan ment...