Aeroponik merupakan salah satu sistem bercocok tanam di udara. Beberapa pekebun sayuran mulai
mencoba menerapkannya. Baik dalam skala kecil maupun komersil. Setelah
dianalisis, meski investasi awal cukup tinggi, tetapi biaya operasional lebih hemat.
Keunggulan aeroponik tersebut telah dirasakan Toni H.
Saputra. “Hasilnya bagus, populasi sayuran lebih banyak, dan tak harus
membangun greenhouse,” ujar pekebun
yang pernah mencoba aeroponik lettuce, pakcoy, dan kailan. Ir.Purwantono, staf
PT daya Sentosa Rekayasa sependapat dengan Toni. “Meski investasi awal mahal,
tetapi hasilnya lebih bagus, biaya operasional lebih irit, dan mudah panennya.”
Biaya investasi awal (pada tahun 1999) sekitar Rp. 32.000,-/m2.
Terutama untuk bak penanaman dan sistem irigasinya.
Untuk biaya operasional, lantaran irigasi diatur timer, maka biaya tenaga kerja lebih
hemat.Cara pemanenan pun mudah. Tanaman dewasa tinggal dicabut seluruhnya tanpa
takut merusak bentuk. Waktu panen yang diperlukan menjadi lebih singkat.
Contoh gambarannya, bak seluas 4 m x 2 m, bisa memuat
hampir 300 tanaman. Lantaran skala kecil, diatas bak tersebut langsung dipasang
tiang kayu berlapis kain kasa. Dengan demikian ia tidak perlu membangun greenhouse karena tanaman telah
terlindungi. Rata-rata sayuran yang dihasilkan sekitar 250 gr - 300 gr per
tanaman. Total produksi 300 tanaman sekitar 75 Kg selama 30 hari tanam.
Aeroponik termasuk jenis alat yang cukup mahal karena
membutuhkan bahan-bahan yang mahal, namun prinsip kerjanya sederhana yaitu air
dan nutrisi yang akan diserap tanaman diberikan dalam bentuk butiran kecil atau
kabut. Pengkabutan
ini berasal dari pompa dari bak penampungan yang disemprotkan menggunakan
nozzel sehingga nutrisi yang diberikan akan lebih cepat terserap akar tanaman.
Penyemprotan
dilakukan berdasarkan durasi waktu yang diatur menggunakan timer. Penyemprotan
dilakukan ke bagian akar tanaman yang sengaja digantung. Air dan nutrisi yang
telah disemprot akan masuk menuju bak penampungan untuk disemprotkan kembali.
Alat-alat
yang dibutuhkan:
1. Plastik
2. Sterofoam
3. Pompa akuarium
4. Nozzel
5. Pipa PVC
6. Ember atau wadah air
Kelebihan
alat:
1. Tanaman mendapat suplai air,
oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih menghemat air dan
nutrisi.
3. Mempermudah perawatan karena
kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Nutrisi lebih mudah diserap
tanaman karena diberikan dalam ukuran kecil.
Kekurangan
alat:
1. Membutuhkan biaya yang cukup
mahal.
2. Alat ini sangat bergantung
pada listrik, jika tidak ada aliran listrik maka alat ini tidak bisa bekerja.
Sumber:
· Majalah Trubus
No.359, edisi Oktober 1999
· Buku dan Majalah
Pertanian
No comments:
Post a Comment