Tanaman rosela
dapat tumbuh di berbagai daerah dengan agroklimat yang beragam, dari daerah
tropis yang sangat kering sampai subtropis yang lembap. Pada awalnya rosela
dibudidayakan untuk memperoleh serat batangnya. Serat tersebut merupakan bahan
baku untuk membuat tali. Tetapi dengan adanya tas yang terbuat dari bahan
plastik, serat alami mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, pemanfaatan budidaya
rosela mulai bergeser sebagai bahan makanan, minuman, dan obat.
a. Persyaratan
lingkungan tumbuh
Rosela tumbuh
cepat dan optimal apabila kondisi lingkungannya sesuai, yaitu pada ketinggian
0-900 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 125-250
mm/thn. Tanaman ini juga mudah tumbuh dihampir semua jenis tanah yang banyak
mengundung humus, gembur, dan mempunyai drainase balk dengan pH berkisar antara
6,5-7,5. Pada kondisi tanah kurang subur, rosela tetap dapat tumbuh asal
drainasenya baik.
Pada awal
penanaman sekitar 4-5 bulan pertama rosela membutuhkan banyak sinar matahari
untuk mencegah munculnya bunga prematur. Bunga prematur atau bunga yang muncul
sebelum waktunya cenderung mempunyai kualitas rendah. Pada mas pertumbuhannya,
rosela membutuhkan curah hujan yang tinggi. Jika curah hujan tidak mencukupi
dapat diatasi dengan drainase yang baik.
Pada saat bunga
mulai muncul sampai mas pemanenan tanaman rosela justru membutuhkan musim
kering. Suhu udara dan kelembapan tinggi atau hujan pada saat pembungaan dan
pembuaahan dapat menurunkan produksi. Begitu pula saat pengerigan, jika udara
terlalu lembap akan menurunkan kualitas hasil panen.
b. Persiapan
lahan
Persiapan lahan
untuk menanam rosela sama seperti tanaman tahunan lainnya. Sebelum dilakukan
penanaman, lahan yang akan digunakan harus di olah terlabih dahulu. Agar
perakaran dapat berkembang dengan baik dilakukan pengolahan tanah yang agak
dalam. Jikan benih langsung ditanam, lubang tanam dapat dibuat langsung pada
saat tanam dengan menggunakan tugal yang terbuat dari kayu bulatberdiameter 20
cm, dengan ujung bawah runcing. Gunakan dengan tali rapia agar lajur rapi.
Untuk menanam bibit, buat lubang tanam dibuat sekitar seminggu sebelum tanam
kemudian beri campuran pupuk kandang atau pupuk dasar.
c. Pembibitan
Tanaman rosela
lebih sering sikembang biakan dengan biji yang disebar lahan penanaman. Bibit
juga dapat di peroleh dari stek, tapi cara ini jarang digunkan karena hasil
produksinya akan mempunyai kualitas yang rendah.
d. Penanaman
Menanam rosela
cukup mudah. Tanaman ini dapat ditanam dengan menyamaikan benih terlebih dahulu
maupun dengan menyemai bibit dalam poli bag. Penanaman dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem monokultur, yaitu rosela di tanam tidak bersamaan dengan
tanaman lain. Rosela dapat ditanam dengan jarak tanam rapat dan dapat dikelolah
secara intensif. Sistem ini terutama diterapkan pada pekebunan.
Rosela dapat juga
ditumpangsarikan dengan tanaman yang lain asalkan cukup mendapatkan sinar
matahari. Penanaman ini secara tidak langsung juga mengakibatkan tanaman rosela
terawat karena ada penyiangan dan pemupukan tanaman tumpang sari. Dengan
tumpang sari selain mengurangi resiko serangan hama penyakit juga diperoleh
dipersifikasi hasil. Pada awal pertumbuhannya rosela membutuhkan curah hujan
yang tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan
atau pada 4-5 bulan sebelum berakhirnya musim hujan, sehingga kebutuhan air
cukup tersedia.
1. Menanam
benih langsung dilahan
Rosela dapat ditanam dengan menyemaikan
benih secara langsung dilahan penanaman. Sistem penanaman benih langsung
dilahan dapat menghemat tenaga kerja. Benih yang digunakan dipilih dari biji
yang sudah tua atau dari buah yang sudah masak dipohon. Dalam satu lubang
tanaman biasanya diisi 3-4 biji, sehingga untuk menanam rosela 1 ha dibutuhkan
biji sekitar 1 kg.
Cara penanaman benih langsung dapat
dilakukan sebagai berikut.
Ø Setelah tanah diolah, buatlah lubang
tanam. Karena rosela mempunyai sistem perakaran yang dalam disarankan untuk
menanam benih dengan kedalaman yang cukup sekitar 2,5-3 cm.
Ø Masukkan 3-4 butir benih kedalam lubang
tanam kemudian tutup dengan tanah.
Ø Pilih tanaman yang baik pertumbuhannya
sehingga hanya tinggal satu tanaman per lubang.
Ø Apabila pertumbuhan tanaman dalam satu
lubang tanam tidak baik, dapat disulam dengan tanaman yang sehat.
2. Menanam
bibit di lahan
Bibit rosela diperoleh dengan menyemaikan
biji dalam poli bag. Bibit rosela dalam poli bag yang tingginya kurang lebih
mencapai 7,5-10 cm siap untuk ditanam dilahan. Penanaman bibit dapat dilakukan
dengan sebagai berikut.
Ø Setelah tanah diolah, buat lubang tanam.
Ø Bukan poli bag dengan gunting.
Ø Masukkan bibit beserta media tanam
kelubang tanam.
Ø Tutup dengan tanah.
e. Merawat
tanaman rosela
Merawat tanaman
rosela seerti merawat tanaman pada umumnya. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pemupukan, pengairan pada musim kering, penyiangan pada saat tanaman masih
muda, dan mengendalikan hama penyakit.
1. Pemupukan
Pada prinsipnya, pemberian pupuk
bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Jenis dan dosis
pupuk yang diperlukan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Untuk
mendapatkan kelopak bunga yang besar, tanaman perlu diberi pupuk organik maupun
anorganik. Pupuk organik yang diberikan pada wal penanaman dapat berupa pupuk
kandang maupun kompos. Pupuk anorganik yang umum debikan adalah urea dan NPK. Pupuk
kandang diberikan sebelum tanah diolah, dosisnya 50- 60 pak/ 1000 m2. Pupuk
lanjutan diberikan 2 kali yakni pada umur 2-3 minggu dan 1,5 bulan setelah
tanam. Pupuk usulan pertama menggunakan urea 20-30 g setipa lubang tanam
kemudian NPK 30-50 g setiap lubang tanam.
2. Pengairan
Pada awal pertumbuhannya, rosela
memerlukan banyak air. Jika tidak ada hujan, pengairan dilakukan 1 minggu
sekali. Seluran air atau drainase dibuat di antara 2 bedengan pengairan tidak
boleh dilakukan dengan cara penggenangan. Periksa saluran drainase secara
berkala sekaligus saat melakukan pembersihan gulma. Rumput yang tumbuh
disaluran drainase juga perlu disiangi.
3. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan
lahan dari gulma atau tanaman lain yang dapat merusak atau mengganggu
pertumbuhan rosela. Gulma yang tumbuh disekitar tanaman menggunakan penyerapan
nutrisi. Lahan yang bebas gulma menjamin tanaman rosela tumbuh lebih baik
karena dapat menyerap nutrisi secara optimal. Pengendalian gulma disekitar
tanaman dapat dilakukan secara manual/mekanis maupun kimia. Untuk skala
penanaman yang luas gulma dapat dibasmi menggunakan pestisida. Penyemprotan
dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai tanaman rosela.
Untuk penanaman dalam skala kecil maupun
tumpang sari penyiangan cukup dilakukan secara manual atau mekanis dan membabat
gulma menggunakan cangkul. Penyiangan runput dan tanaman lain yang mangganggu
akan meningkatkan hasil panen sekaligus memperbesar ukuran kelopak bunga.
Bersamaan dengan penyiangan untuk mengendalikan gulma perlu dilakukan
pembubunan barisan tanaman. Pembubunan yaitu menaikkan tanah pada baris-baris
tanam sehingga berbentuk seperti gundukan. Dengan begitu, bagian yang rendah
dapat dialiri air.
4. Penyulaman
Kegiatan penyulangan dimaksudkan untuk
mengganti tanaman yang rusak, mati, tidak mau tumbuh, atau menanami areal
kosong karena tidak tertanam. Penyulaman sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
bibit yang sama pada waktu penanaman awal.
f. Pengendalian
hama dan penyakit
Serangan hamadan
penyakit yang terjadi pada tanaman merupakan salah satu faktor penghambat
produksi yang optimal masalah hama dan penyakit pada tanaman rosela yang
ditumpang sarikan umumnya hanya sedikit atau hampir tidak ada. Namun penanaman
roselapada sekala luas dengan sistem monokultur sangan berpotensi munculnya
hama dan penyakit. Apabila tidak ditangani dengan baik, munculnya hama dan
penyakit akan mengganggu pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi. Tidak
jarang serangan ham dan penyakit dapat menggagalkan panen.
Musuh utama rosela
adalah hama nematode heterodera rudicicola. Hama ini menyerang bagian batang
dan akar. Serangan nematode jenis ini dapat dicegah dengan melakukan pengairan
secara terus menerus. Selain itu pergiliran tanama juga perlu dilakukan untuk
memutus siklus hidupnya. Kerusakan yang disebabkan oleh serangan serangga juga
dimungkinkan tetapi hanya sedikit. Serangga yang menyerang rosela diantaranya
jenis penggerek batang dari famili coleopteran. Batang yang diserang dapat
menyebabkan tanaman rebah atau tanaman mudah patah jika diterpa angin.
Selain itu
terdapat serangga pemakan daun, sebagai contoh kumbang jenis podagrica spp
serangga pemakan pucuk dan daun tanaman mudah. Hama lain yang dapat menyerang
rosela adalah aphis gossypii menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan
daun dan bunga. Umunya, hama ini meyerang kelopak yang siap panen hama lain
yang menyerang tanaman rosela adalah kutu tepung kutu ini mempunyai ukuran
tubuh 4 mm, terbentuk oval, agak pipih, dan ada beberapa bagian benjolan pendek
di sepanjang sisi tubuh badannya. Kutu ni menghasilkan sekresi lilin berwarna
putih dalam tepung, sekresi lilin iini lah ang melindungi tubuhnya. Penyebaran
dibantu dengan angin, hujan, dan binatang lain seperti semut. Nimfa atau kutu
dewasa menghisap cairan pada bagian tanaman mudah dan memeproduksi embun madu
yang disukai semut. Kutu biasanya bersembunyi dibalik daun. Untuk
mengendalikannya disemprotkan pestisida pembasmi kutu.
Sampai saat ini
hama yang diketahui banyak menyerang tanaman rosela di Indonesia adalah
belalang. Hama belalang dapat di kendalikan dengan penyemprotan pestisida
sedangkan penyakit yang umum menyerang adalah busuk akar. Penyakit ini biasanya
menyerang perakaran tanaman muah terutama pada musim hujan atau pada saat tanah
terlau lembap, baik karena pengairan yang berlebihan maupun drainase tanahnya
kurang baik. Untuk mengatasi penyakit busuk akar dengan cara mencabut tanaman
yang terserang kemudian dibakar supaya tidak menular pada tanaman lain.
Sumber:
Buku dan Majalah Pertanian
No comments:
Post a Comment